Salam
ceria dan salam hangat untuk kita semua untuk kita yang masih berjalan
dibuminya Tuhan. Sudah lumayan lama saya jarang mempostingkan cerita lagi. Tapi
pada kesempatan kali ini saya akan mempostingkan sebuah cerita yang saya buat
sendiri untuk tugas bahasa Indonesia. Awalnya saya tak pernah menyangka jika
saya dapat menulis cerpen sepanjang ini. Oleh karena itu simak terus ceritanya
sampai pada endingnya dan semoga cerpen saya ini dapat bermanfaat untuk sobat
semua. Silahkan menikmati dan mohon beri komentar untuk mengembangkan karya-karya
saya selanjutnya.
SENYUM
SANG SAHABAT
Karya
: Nanditiya Widyawati
Dimalam
yang sesunyi ini berteman dengan alunan-alunan angin yang berhembus syahdu dan
menyatu bersama nafas ini mengantarkan aku untuk merajut kata demi kata dan
bersatu hingga terciptanya sebuah kisah. Kisah dimana suatu masa yang telah
terlewati bersama dengan cerita-cerita indah yang takkan pernah terlupakan dan
telah tersimpan rapi dalam kenangan-kenangan sejarah yaitu kisah antara aku, dia,
dan mereka. Kisah ini ada dan terjadi berawal dari pertemuan antara aku, dia,
dan mereka. Dia yang senantiasa menemani hari-hariku dengan senyum, canda, dan
tawa bahkan dia sempat datang dalam kegelisahan hati ini. Dan mereka yang
sempat menghampiri dan singgah dalam hidup ini, lalu mereka pergi lagi. Mereka
hanyalah abu-abu yang datang dan pergi dengan sesuka hati mereka. Entah apa
yang ada dalam benak mereka, aku seperti baju yang dapat dipakai dan dibuang
dengan sesuka hati mereka. Jika mereka membutuhkanku, mereka akan memakaiku
tapi jika sudah bosan, mereka akan membuangku dan mungkin tak pernah anggap aku
ada. Tapi itu bukan dia, dia selalu ada dan menemani hari-hariku menjadi lebih
indah dan berarti walau mungkin dia juga akan pergi dan aku tak tau kapan itu
akan terjadi. Dia adalah sahabatku, sahabat sejati yang akan selalu singgah
didalam jiwa ini.
Sahabat
yang membuat hari-hariku lebih berwarna itu adalah Reza dan dia biasa
memanggilku Rena. Memang itu nama kita berdua tak ada panggilan istimewa antara
kita karena dia tak mau melecehkan sebuah nama. Menurutnya nama itu bukan
mainan yang dapat diubah dengan sesuka hati mereka dan hormatilah nama yang
telah diberikan oleh orang tua kepada kita. Dia bukanlah orang yang bijak tapi
dia hanya berusaha untuk menghormati orang lain. Kita bertemu sejak kelas satu
SMA, ketika itu dialah orang yang pertama kali menyapaku dikelas dengan tatapan
mata yang begitu indah yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Dari sifatnya yang
mudah bergaul dan menghargai orang lain hingga membuatku semakin akrab
dengannya dalam waktu yang sangat singkat. Disebuah taman disekolah, dibawah
pohon rindang kita selalu bersama dan ditempat itu juga dia memutuskan untuk
bersahabat denganku. Tempat itu sudah seperti tempat kita berdua kerena hampir
setiap hari kita selalu bersama ditempat itu. Ketika istirahat, pulang sekolah
ataupun ketika hari libur kita selalu menyempatkan waktu ke tempat itu. Sungguh
masa-masa indah yang kita lewati bersama. Bersama sahabat yang selalu setia
menemaniku dan dari sinilah kisah ini berawal.
Disaat
mentari mulai bersinar dari ufuk timur bersama burung-burung yang berkicau
merdu yang selalu setia membangunkanku dari tidurku semalam. Meninggalkan
perjalanan di alam mimpiku dan bangun untuk beraktivitas dalam dunia ini.
Selamat pagi mentari dan selamat pagi semua, aku selalu bersemangat mengawali
hari-hari ini bersama dengan senyuman untuk duniaku. Dunia yang penuh dengan
misteri dan tanda tanya ini. Tak tau apa yang akan terjadi dimasa depan nanti,
yang aku tau hanyalah menyusuri jalan dalam hidup ini yang belum pernah
kulewati sebelumnya dan mencari ilmu bersama dengan kawan-kawan di sekolah.
Bukan ilmu pengetahuan umum saja yang aku dapat dari sekolah tapi ada hal lain
yang aku dapatkan dari sekolah yaitu kebersamaan, keceriaan, kesetiakawanan,
dan kebahagiaan. Walau begitu banyak tugas yang ku dapat dan harus
kuselesaikan, itu bukanlah masalah bagiku. Itu semua bukanlah beban dalam
hidupku karena semua itu dapat kukerjakan bersama dengan sahabatku yaitu Reza.
Dia selalu ada dalama hari-hariku, mengajari aku dan membuatku tau tentang
berbagai hal yang tak pernah kutahu sebelumnya.
Seperti
hari-hari sebelumnya, aku harus berangkat kesekolah sebelum pukul 07.00.
Sesampainya disekolah, pemandangan yang biasa aku lihat saat pertama kali masuk
kelas yang selalu kuingat yaitu
teman-teman sibuk mengerjakan tugas sekolah. Terkadang sempat terlintas dalam
fikiran ini, sebenarnya mereka sekolah itu untuk apa?. Untuk mencari ilmu,
nilai, mencari ilmu atau hanya untuk mencari popularitas. Jika memang untuk
mencari ilmu lalu mengapa semua tugas dari guru tak pernah mereka kerjakan?
Entahlah itu jalan hidup mereka, mungkin itu memang pilihan mereka. Ketika
tatapan ini melihat di ujung kelas ternyata telah ada Reza yang telah duduk
santai dibangkunya dengan senyuman yang ada dalam pancaran wajahnya. Wajahnya
selalu bersinar dan tersenyum sepanjang hari, tidak seperti teman-teman yang
lain dia selalu mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Menurutnya waktu
sangatlah berharga seperti kata pepatah waktu adalah uang. Seperti biasa dia orang
yang pertama kali menyapaku ketika masuk kelas.
“
Pagi Rena.” sapa Reza dengan sangat ceria.
“
Pagi juga.”
“
Ren menurutmu apa yang harus kita lakukan?”
“
Maksud kamu?”
“
Lihat deh teman-teman banyak yang nyontek pekerjaan aku.”
“
Lalu, kamu nggak mau?”
“
Bukannya nggak mau, aku nggak masalah jika pekerjaanku dicontek. Tapi jika hal
ini terus aku lakukan lalu bagaimana mereka bisa berusaha untuk menyelesaikan
tugasnya masing-masing, bagaimana dengan masa depan mereka nanti? Nggak mungkinkan
mereka selalu bergantung sama aku.”
“
Kamu benar juga, hal itu juga sempat aku fikirkan. Lalu apa yang harus kita
lakukan?”
“
Demi kebaikan bersama, besokkan ada tugas lebih baik kita nggak usah ngasih
jawaban sama mereka. Tapi jika mereka hanya bertanya tentang caranya kita harus
membantunya asalkan tidak jawabannya.”
“
Cerdas. Aku setuju.”
Tettt
… tettt …. Teett
Bel
masuk sekolah telah berbunyi dan pelajaranpun dimulai. Ketika jam istirahat
tiba aku dan Reza tak pernah pergi kekantin. Waktu-waktu istirahat kita gunakan
untuk bercerita bersama dan saling berbagi pengalaman. Kita adalah pasangan
sahabat yang selalu kompak dan sering bersama. Walau banyak teman-teman yang
beranggapan jika kita berdua pacaran tapi kita tak pernah merespon kata-kata
itu. Karena aku berfikir pacaran itu tak punya ikatan hubungan apapun dan lebih
baik jalani apa yang ada tanpa merubah jalan hidup yang telah digariskan oleh
Tuhan dengan sesuatu yang tidak jelas yaitu cinta. Sahabatku Reza juga
berfikiran yang sama, untuk mengatur dan membagi waktu untuk hidunya saja
sangat susah apalagi harus mengatur dan menjaga orang lain.
Layaknya
pelajar yang lain, waktu pulang sekolah yang aku tunggu-tunggu akhirnya tiba
juga. Kebersamaan antara aku dan Reza tidak tidak putus sampai disitu saja.
Ketika pulang sekolah kita juga bersama, sebelum pulang kerumah kita selalu
menghabiskan waktu sampai sore di bawah pohon rindang di taman sekolah. Hanya
ada aku dan Reza yang disana, kita berdua menikmati keindahan yang ada ditaman
tersebut. Keindahan yang diciptakan oleh sang penguasa alam yang begitu asri
dan berseri. Kita selau berdoa kepada sang pencipta semoga kita berdua akan
menjadi seorang sahabat untuk selamanya, jika memang kita harus berpisah hanya
maut yang dapat memisahkan kita. Waktu terasa begitu cepat hingga aku
benar-benar berada diujung senja dan kita bergegas untuk pulang bersama kerumah
kita masing-masing.
Sejak
dia hadir dalam kehidupan ini, hidupku terasa jauh berbeda tak seperti hari-hari
sebelum aku mengenal dia. Dulu sebelum aku mengenalnya hari-hari yang kulewati
biasa saja, tak ada penyemangat dan warna-warna kehidupan yang dia berikan
kepadaku. Sekarang setiap aku belajar dia yang selalu memberi semangat dan
membantuku untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah. Setiap malam aku lebih suka
untuk sekedar menulis sebuah cerita yang terlintas dalam bayangan ini dan
jarang sekali untuk belajar. Tapi sejak kehadirannya membuatku sangat berubah,
dia selalu menyuruhku untuk belajar dan belajar. Hingga akhirnya aku megikuti
setiap kata-kata bijak yang keluar dari mulutnya itu. Kurasa sejak aku bertemu
dengannya hidup ini terasa lebih baik karena berkat dorongan dan semangatnya
kepadaku peringkatku dikelas juga naik tak seperti yang kubayangkan sebelumnya.
Sebelum aku tidur dia selalu mengucapkan selamat malam untukku dengan beberapa
kata yang dia rajut untukku.
“ Selamat malam dan semoga sang
bintang-bintang memelukmu dalam keheningan malam yang kan membawamu kealam yang
indah dimimpimu.”
Itulah
sederet kata yang dia rajut untukku sebagai ucapan selamat malamnya.
Malam
telah berlalu dan pagi telah datang. Terlihat sedikit cahaya jingga yang mulai
muncul dari persembunyiannya dari ufuk timur. Seperti biasa, aku harus
berangkat sekolah bersama dengan semangat pagi yang masih ada dalam diri ini.
Semangat yang ada dalam jiwa ini masih kupegang teguh hingga hari ini. Semangat
ini telah ada sejak aku bangun dari tidurku dan bergegas untuk kesekolah.
Langkah demi langkah kulalui dibuminya Tuhan hingga aku sampai disekolah. Entah
mengapa mata ini selalu tertuju diujung kelas dan disitulah Reza telah berdiri
disana yang semenjak tadi menunggu kedatanganku.
“
Selamat pagi Rena, semangat buat pagi ini. Gimana sudah mengerjakan tugas?”
“
Sudah dong. Kalau kamu?”
“
Aku juga sudah kok. Nggak lupa dengan kata-kataku kemaren?”
“
Ohh pasti.”
Seperti
yang telah kita rencanakan kemarin hari ini aku dan Reza sepakat untuk tidak
membagi tugas kepada teman-teman. Kami bukannya pelit tapi kami hanya ingin
mereka belajar demi masa depan mereka nanti.
“
Ren aku pinjam pekerjaanmu dong?” terdengar suara dari belakangku. Aku sangat
kenal dengan suara itu, itu adalah suara Fika teman sebangkuku.
“
Sebelumnya aku minta maaf bukannya aku nggak mau meminjamimu tapi aku harus berusaha
mengerjakannya sendiri tanpa bantuanku. Jika kamu mau mengerjakannya sendiri
aku akan membantunya tapi jika hanya meminjam pekerjaanku, maaf aku tidak
bisa.”
“
Kalau nggak mau minjemin ngomong aja. Yaudah aku mau pinjem ke Reza aja.” Fika
akhirnya pergi dari hadapanku dan menghampiri Reza.
Aku
hanya tersenyum melihat tingkah Fika kepadaku. Fika memang teman sebangkuku
tapi dia jarang sekali dekat denganku, dia dekat denganku jika dia
membutuhkanku saja dan setelah itu dia menjauh dariku lagi. Setelah dia
menghampiri Reza ternyata jawaban Reza sama sepertiku tak membagi pekerjaannya
kepada teman-teman. Setelah kejadian itu teman-teman menjauhi kita berdua
karena sifat egois kita. Aku hanya
berdoa semoga tuhan membukakan jalan fikiran mereka kearah yang lebih baik dan
semoga mereka juga mengerti apa yang aku lakukan dengan Reza itu demi kebaikan
mereka juga. Walau kita semua masih remaja aku fikir kita dapat berfikir lebih
dewasa dan tidak terlalu mengutamakan ego.
Sepertinya
semua akan berubah gelap jika setiap hari seperti ini. Tapi aku beruntung masih
ada Reza yang menemaniku disaat seperti ini. Dia membawaku pergi dalam canda
dan tawanya hingga aku melupakan apa yang terjadi dikelas. Disaat kita saling
tertawa tiba-tiba teman-teman menghampiri kita. Tak seperti yang kuduga
sebelumnnya ternyata dalam waktu beberapa hari mereka telah menyadari
kesalahannya dan meminta maaf kepada kami. Aku tak dapat berkata apa-apa saat
itu, hati ini terkejut melihat teman-teman yang
telah sadar akan kesalahannya. Dengan penuh kesenangan dan kebahagiaan
aku dan Reza menerima maaf dari mereka dan menjelaskan apa yang kita lakukan
demi kebaikan mereka. Semua ini tak pernah terjadi jika tak ada Reza dalam
hidupku.
Masa-masa
SMA yang kulalui bersama Reza begitu indah. Banyak pelajaran yang aku dapat
darinya. Dua tahun sudah aku mengenalnya dan selama itu juga kami bersahabat.
Disini ditaman ini tempat dimana kita mengucapkan janji persahabatan antara aku
dan Reza. Hari ini seakan anganku melayang dalam dimensi ketidakpastian, aku
termenung dan mempertanyakan apa yang akan terjadi dihari esok. Hari dimana aku
harus meninggalkan sekolah ini dengan kenangan-kenangan yang pernah aku ukir
bersama dengan dia dan mereka. Didalam lamunan ini tiba-tiba kudengar suara
langkah kaki yang menapaki tanah ini dan menghampiriku sepertinya itu Reza.
Tanpa kusadari dia datang menghampiriku untuk mengucapkan selamat ulang tahun
padaku sambil membawa kue ulang tahun.
“
Selamat ulang tahun Rena semoga diulang tahunmu yang ke-16 ini kamu akan semakin
dewasa, sehat selalu, dan semoga semua angan dan impianmu akan kamu dapatkan
dihari esok dan dihari itu juga kesuksesan akan menghampirimu.”
“
Terimakasih Reza, terimakasih atas semua ini. Aku nggak nyangka kamu masih
ingat hari ulang tahunku.”
“
Apa kamu lupa, aku kan sahabatmu jadi mana mungkin aku lupa hari ulang tahunmu.
Sudah nggak usah banyak Tanya lagi, sekarang tiup lilinnya dan ucapkan
harapanmu ditahun ini!”
“
Okay.” Aku pun meniup lilin dan berharap agar aku selalu bersama dengan Reza.
Setelah
itu, aku pun memotong kue ulang tahun yang Reza bawa. Potongan pertama aku
berikan pada Reza sebagai ucapan terimakasih atas semua yang telah dia lakukan
untuk kebahagiaanku. Mungkin hanya perayaan ulang tahun sederhana ditaman
sekolah dan hanya aku dan Reza yang merayakannya tapi hati ini sangat bahagia
atas semua kebahagiaan sederhana ini. Setelah potongan pertama kuberikan pada
Reza potongan lainnya kita makan berdua bersama karena tak ada orang lain lagi
selain kita. Tapi karena kejahilan Reza sebagian dari kue ulang tahun yang ada
dihadapanku tiba-tiba ada diwajah ini dan mencoreng-coreng hingga wajah ini
terpenuhi oleh kue ulang tahun. Aku pun membalas kajailan Reza kepadaku dan
moncoreng-coreng wajahnya itu. Hingga akhirnya seragam yang kita kenakan
terpenuhi oleh kue ulang tahun. Tak ada kemaran diantara kita, tapi malah
sebaliknya kita hanyut dalam kebagiaan sederhana ini dan tanpa kita sadari
mentari mulai tenggelam dan akan berganti rembulan. Kita pun melihat matahari
terbenam berdua ditaman sekolah dengan seragam yang sangat kotor. Kini aku
melihat keindahan yang diciptakan oleh sang penguasa alam kepadaku lagi yaitu
indahnya melihat matahari terbenam di sore hari bersama dengan Reza yang selalu
menemaniku. Setelah itu kitapun bergegas untuk pulang dan Reza mengantarkan aku
untuk pulang karena seragamku yang sangat kotor sekali.
Sesampainya
dirumah, aku pun langsung cepat-cepat untuk mandi dan membersihkan kue ulang
tahun yang ada ditubuhku. Malamnya aku aku tak fokus untuk belajar, aku masih terbayang
kejadian tadi sore yang aku lakukan bersama dengan Reza. Bersama dengan buku
dairy yang ada didepanku dan bolpoin yang ada ditanganku akupun menceritakan
semuanya kepadanya dan suatu saat nanti tulisan yang aku rajut tentang
persahabaatan kita akan aku buka kembali ketika aku telah dewasa nanti.
Dear Dairy
Tepat dihari ini, hari ulang tahunku yaitu
tanggal 17 Juli 2007 aku merayakan ulang tahunku dengan perayaan kecil bersama
dengan sahabatku Reza. Tak pernah aku sangka ternyata dia masih ingat hari
ulang tahunku dear. Hari dimana aku dilahirkan didunia ini dan aku telah tumbuh
selama 16 tahun ini. Diulang tahunku yang ke 16 ini aku hanya berharap agar aku
selalu bersama dengan Reza sampai kapanpun. Semoga Tuhan mengabulkan
permintaankun dear, semoga kita akan selalu menjadi sahabat untuk
selama-lamanya.
Dia sengaja merayakan ulang tahunku
ditaman sekolah karena tempat itu adalah tempat favorit untuk kita berdua.
Ditempat itu juga kebahagiaan masa-masa SMAku mulai ada, kebahagiaan yang
muncul karena kehadirannya dalam hidupku. Teman-temanku tak ada yang sangat
perhatian denganku seperti itu dan hanya dia yang dapat membuat hari-hari
terasa lebih indah. Mungkinkah Tuhan akan memisahkan kita berdua dear?
Mungkinkah hal itu akan terjadi? Aku hanya berharap semoga Tuhan tak pernah
memisahkan kami.
Itulah
sedikit isi hatiku yang aku ungkapkan pada dairy. Aku sangat sadar bahwa dairy
tak dapat bicara atau apapun, dia hanya beberapa lembar buku yang hanya berisi
rajutan-rajutan huruf berwarna hitam diatasnya. Tapi setidaknya suatu saat
nanti aku akan selalu mengenang masa-masa ini dan tak akan pernah aku lupakan.
Beberapa bulan kemudian….
***
Bagaimana kelanjutan cerita selanjutnya? Simak terus
postingan-postingan dari saya tentang
“Senyum Sang Sahabat” sampai sobat-sobat tahu gimana ending dari cerita
ini.
No comments:
Post a Comment