Saturday, 27 February 2016

Senyum Sang Sahabat, Part 1 ( Cerbung )

Salam ceria dan salam hangat untuk kita semua untuk kita yang masih berjalan dibuminya Tuhan. Sudah lumayan lama saya jarang mempostingkan cerita lagi. Tapi pada kesempatan kali ini saya akan mempostingkan sebuah cerita yang saya buat sendiri untuk tugas bahasa Indonesia. Awalnya saya tak pernah menyangka jika saya dapat menulis cerpen sepanjang ini. Oleh karena itu simak terus ceritanya sampai pada endingnya dan semoga cerpen saya ini dapat bermanfaat untuk sobat semua. Silahkan menikmati dan mohon beri komentar untuk mengembangkan karya-karya saya selanjutnya.

SENYUM SANG SAHABAT
Karya : Nanditiya Widyawati
Dimalam yang sesunyi ini berteman dengan alunan-alunan angin yang berhembus syahdu dan menyatu bersama nafas ini mengantarkan aku untuk merajut kata demi kata dan bersatu hingga terciptanya sebuah kisah. Kisah dimana suatu masa yang telah terlewati bersama dengan cerita-cerita indah yang takkan pernah terlupakan dan telah tersimpan rapi dalam kenangan-kenangan sejarah yaitu kisah antara aku, dia, dan mereka. Kisah ini ada dan terjadi berawal dari pertemuan antara aku, dia, dan mereka. Dia yang senantiasa menemani hari-hariku dengan senyum, canda, dan tawa bahkan dia sempat datang dalam kegelisahan hati ini. Dan mereka yang sempat menghampiri dan singgah dalam hidup ini, lalu mereka pergi lagi. Mereka hanyalah abu-abu yang datang dan pergi dengan sesuka hati mereka. Entah apa yang ada dalam benak mereka, aku seperti baju yang dapat dipakai dan dibuang dengan sesuka hati mereka. Jika mereka membutuhkanku, mereka akan memakaiku tapi jika sudah bosan, mereka akan membuangku dan mungkin tak pernah anggap aku ada. Tapi itu bukan dia, dia selalu ada dan menemani hari-hariku menjadi lebih indah dan berarti walau mungkin dia juga akan pergi dan aku tak tau kapan itu akan terjadi. Dia adalah sahabatku, sahabat sejati yang akan selalu singgah didalam jiwa ini.
Sahabat yang membuat hari-hariku lebih berwarna itu adalah Reza dan dia biasa memanggilku Rena. Memang itu nama kita berdua tak ada panggilan istimewa antara kita karena dia tak mau melecehkan sebuah nama. Menurutnya nama itu bukan mainan yang dapat diubah dengan sesuka hati mereka dan hormatilah nama yang telah diberikan oleh orang tua kepada kita. Dia bukanlah orang yang bijak tapi dia hanya berusaha untuk menghormati orang lain. Kita bertemu sejak kelas satu SMA, ketika itu dialah orang yang pertama kali menyapaku dikelas dengan tatapan mata yang begitu indah yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Dari sifatnya yang mudah bergaul dan menghargai orang lain hingga membuatku semakin akrab dengannya dalam waktu yang sangat singkat. Disebuah taman disekolah, dibawah pohon rindang kita selalu bersama dan ditempat itu juga dia memutuskan untuk bersahabat denganku. Tempat itu sudah seperti tempat kita berdua kerena hampir setiap hari kita selalu bersama ditempat itu. Ketika istirahat, pulang sekolah ataupun ketika hari libur kita selalu menyempatkan waktu ke tempat itu. Sungguh masa-masa indah yang kita lewati bersama. Bersama sahabat yang selalu setia menemaniku dan dari sinilah kisah ini berawal.
Disaat mentari mulai bersinar dari ufuk timur bersama burung-burung yang berkicau merdu yang selalu setia membangunkanku dari tidurku semalam. Meninggalkan perjalanan di alam mimpiku dan bangun untuk beraktivitas dalam dunia ini. Selamat pagi mentari dan selamat pagi semua, aku selalu bersemangat mengawali hari-hari ini bersama dengan senyuman untuk duniaku. Dunia yang penuh dengan misteri dan tanda tanya ini. Tak tau apa yang akan terjadi dimasa depan nanti, yang aku tau hanyalah menyusuri jalan dalam hidup ini yang belum pernah kulewati sebelumnya dan mencari ilmu bersama dengan kawan-kawan di sekolah. Bukan ilmu pengetahuan umum saja yang aku dapat dari sekolah tapi ada hal lain yang aku dapatkan dari sekolah yaitu kebersamaan, keceriaan, kesetiakawanan, dan kebahagiaan. Walau begitu banyak tugas yang ku dapat dan harus kuselesaikan, itu bukanlah masalah bagiku. Itu semua bukanlah beban dalam hidupku karena semua itu dapat kukerjakan bersama dengan sahabatku yaitu Reza. Dia selalu ada dalama hari-hariku, mengajari aku dan membuatku tau tentang berbagai hal yang tak pernah kutahu sebelumnya.
Seperti hari-hari sebelumnya, aku harus berangkat kesekolah sebelum pukul 07.00. Sesampainya disekolah, pemandangan yang biasa aku lihat saat pertama kali masuk kelas yang  selalu kuingat yaitu teman-teman sibuk mengerjakan tugas sekolah. Terkadang sempat terlintas dalam fikiran ini, sebenarnya mereka sekolah itu untuk apa?. Untuk mencari ilmu, nilai, mencari ilmu atau hanya untuk mencari popularitas. Jika memang untuk mencari ilmu lalu mengapa semua tugas dari guru tak pernah mereka kerjakan? Entahlah itu jalan hidup mereka, mungkin itu memang pilihan mereka. Ketika tatapan ini melihat di ujung kelas ternyata telah ada Reza yang telah duduk santai dibangkunya dengan senyuman yang ada dalam pancaran wajahnya. Wajahnya selalu bersinar dan tersenyum sepanjang hari, tidak seperti teman-teman yang lain dia selalu mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Menurutnya waktu sangatlah berharga seperti kata pepatah waktu adalah uang. Seperti biasa dia orang yang pertama kali menyapaku ketika masuk kelas.
“ Pagi Rena.” sapa Reza dengan sangat ceria.
“ Pagi juga.”
“ Ren menurutmu apa yang harus kita lakukan?”
“ Maksud kamu?”
“ Lihat deh teman-teman banyak yang nyontek pekerjaan aku.”
“ Lalu, kamu nggak mau?”
“ Bukannya nggak mau, aku nggak masalah jika pekerjaanku dicontek. Tapi jika hal ini terus aku lakukan lalu bagaimana mereka bisa berusaha untuk menyelesaikan tugasnya masing-masing, bagaimana dengan masa depan mereka nanti? Nggak mungkinkan mereka selalu bergantung sama aku.”
“ Kamu benar juga, hal itu juga sempat aku fikirkan. Lalu apa yang harus kita lakukan?”
“ Demi kebaikan bersama, besokkan ada tugas lebih baik kita nggak usah ngasih jawaban sama mereka. Tapi jika mereka hanya bertanya tentang caranya kita harus membantunya asalkan tidak jawabannya.”
“ Cerdas. Aku setuju.”
Tettt … tettt …. Teett
Bel masuk sekolah telah berbunyi dan pelajaranpun dimulai. Ketika jam istirahat tiba aku dan Reza tak pernah pergi kekantin. Waktu-waktu istirahat kita gunakan untuk bercerita bersama dan saling berbagi pengalaman. Kita adalah pasangan sahabat yang selalu kompak dan sering bersama. Walau banyak teman-teman yang beranggapan jika kita berdua pacaran tapi kita tak pernah merespon kata-kata itu. Karena aku berfikir pacaran itu tak punya ikatan hubungan apapun dan lebih baik jalani apa yang ada tanpa merubah jalan hidup yang telah digariskan oleh Tuhan dengan sesuatu yang tidak jelas yaitu cinta. Sahabatku Reza juga berfikiran yang sama, untuk mengatur dan membagi waktu untuk hidunya saja sangat susah apalagi harus mengatur dan menjaga orang lain.
Layaknya pelajar yang lain, waktu pulang sekolah yang aku tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Kebersamaan antara aku dan Reza tidak tidak putus sampai disitu saja. Ketika pulang sekolah kita juga bersama, sebelum pulang kerumah kita selalu menghabiskan waktu sampai sore di bawah pohon rindang di taman sekolah. Hanya ada aku dan Reza yang disana, kita berdua menikmati keindahan yang ada ditaman tersebut. Keindahan yang diciptakan oleh sang penguasa alam yang begitu asri dan berseri. Kita selau berdoa kepada sang pencipta semoga kita berdua akan menjadi seorang sahabat untuk selamanya, jika memang kita harus berpisah hanya maut yang dapat memisahkan kita. Waktu terasa begitu cepat hingga aku benar-benar berada diujung senja dan kita bergegas untuk pulang bersama kerumah kita masing-masing.
Sejak dia hadir dalam kehidupan ini, hidupku terasa jauh berbeda tak seperti hari-hari sebelum aku mengenal dia. Dulu sebelum aku mengenalnya hari-hari yang kulewati biasa saja, tak ada penyemangat dan warna-warna kehidupan yang dia berikan kepadaku. Sekarang setiap aku belajar dia yang selalu memberi semangat dan membantuku untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah. Setiap malam aku lebih suka untuk sekedar menulis sebuah cerita yang terlintas dalam bayangan ini dan jarang sekali untuk belajar. Tapi sejak kehadirannya membuatku sangat berubah, dia selalu menyuruhku untuk belajar dan belajar. Hingga akhirnya aku megikuti setiap kata-kata bijak yang keluar dari mulutnya itu. Kurasa sejak aku bertemu dengannya hidup ini terasa lebih baik karena berkat dorongan dan semangatnya kepadaku peringkatku dikelas juga naik tak seperti yang kubayangkan sebelumnya. Sebelum aku tidur dia selalu mengucapkan selamat malam untukku dengan beberapa kata yang dia rajut untukku.
“ Selamat malam dan semoga sang bintang-bintang memelukmu dalam keheningan malam yang kan membawamu kealam yang indah dimimpimu.”
Itulah sederet kata yang dia rajut untukku sebagai ucapan selamat malamnya.
Malam telah berlalu dan pagi telah datang. Terlihat sedikit cahaya jingga yang mulai muncul dari persembunyiannya dari ufuk timur. Seperti biasa, aku harus berangkat sekolah bersama dengan semangat pagi yang masih ada dalam diri ini. Semangat yang ada dalam jiwa ini masih kupegang teguh hingga hari ini. Semangat ini telah ada sejak aku bangun dari tidurku dan bergegas untuk kesekolah. Langkah demi langkah kulalui dibuminya Tuhan hingga aku sampai disekolah. Entah mengapa mata ini selalu tertuju diujung kelas dan disitulah Reza telah berdiri disana yang semenjak tadi menunggu kedatanganku.
“ Selamat pagi Rena, semangat buat pagi ini. Gimana sudah mengerjakan tugas?”
“ Sudah dong. Kalau kamu?”
“ Aku juga sudah kok. Nggak lupa dengan kata-kataku kemaren?”
“ Ohh pasti.”
Seperti yang telah kita rencanakan kemarin hari ini aku dan Reza sepakat untuk tidak membagi tugas kepada teman-teman. Kami bukannya pelit tapi kami hanya ingin mereka belajar demi masa depan mereka nanti.
“ Ren aku pinjam pekerjaanmu dong?” terdengar suara dari belakangku. Aku sangat kenal dengan suara itu, itu adalah suara Fika teman sebangkuku.
“ Sebelumnya aku minta maaf bukannya aku nggak mau meminjamimu tapi aku harus berusaha mengerjakannya sendiri tanpa bantuanku. Jika kamu mau mengerjakannya sendiri aku akan membantunya tapi jika hanya meminjam pekerjaanku, maaf aku tidak bisa.”
“ Kalau nggak mau minjemin ngomong aja. Yaudah aku mau pinjem ke Reza aja.” Fika akhirnya pergi dari hadapanku dan menghampiri Reza.
Aku hanya tersenyum melihat tingkah Fika kepadaku. Fika memang teman sebangkuku tapi dia jarang sekali dekat denganku, dia dekat denganku jika dia membutuhkanku saja dan setelah itu dia menjauh dariku lagi. Setelah dia menghampiri Reza ternyata jawaban Reza sama sepertiku tak membagi pekerjaannya kepada teman-teman. Setelah kejadian itu teman-teman menjauhi kita berdua karena sifat egois kita.  Aku hanya berdoa semoga tuhan membukakan jalan fikiran mereka kearah yang lebih baik dan semoga mereka juga mengerti apa yang aku lakukan dengan Reza itu demi kebaikan mereka juga. Walau kita semua masih remaja aku fikir kita dapat berfikir lebih dewasa dan tidak terlalu mengutamakan ego.
Sepertinya semua akan berubah gelap jika setiap hari seperti ini. Tapi aku beruntung masih ada Reza yang menemaniku disaat seperti ini. Dia membawaku pergi dalam canda dan tawanya hingga aku melupakan apa yang terjadi dikelas. Disaat kita saling tertawa tiba-tiba teman-teman menghampiri kita. Tak seperti yang kuduga sebelumnnya ternyata dalam waktu beberapa hari mereka telah menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada kami. Aku tak dapat berkata apa-apa saat itu, hati ini terkejut melihat teman-teman yang  telah sadar akan kesalahannya. Dengan penuh kesenangan dan kebahagiaan aku dan Reza menerima maaf dari mereka dan menjelaskan apa yang kita lakukan demi kebaikan mereka. Semua ini tak pernah terjadi jika tak ada Reza dalam hidupku.
Masa-masa SMA yang kulalui bersama Reza begitu indah. Banyak pelajaran yang aku dapat darinya. Dua tahun sudah aku mengenalnya dan selama itu juga kami bersahabat. Disini ditaman ini tempat dimana kita mengucapkan janji persahabatan antara aku dan Reza. Hari ini seakan anganku melayang dalam dimensi ketidakpastian, aku termenung dan mempertanyakan apa yang akan terjadi dihari esok. Hari dimana aku harus meninggalkan sekolah ini dengan kenangan-kenangan yang pernah aku ukir bersama dengan dia dan mereka. Didalam lamunan ini tiba-tiba kudengar suara langkah kaki yang menapaki tanah ini dan menghampiriku sepertinya itu Reza. Tanpa kusadari dia datang menghampiriku untuk mengucapkan selamat ulang tahun padaku sambil membawa kue ulang tahun.
“ Selamat ulang tahun Rena semoga diulang tahunmu yang ke-16 ini kamu akan semakin dewasa, sehat selalu, dan semoga semua angan dan impianmu akan kamu dapatkan dihari esok dan dihari itu juga kesuksesan akan menghampirimu.”
“ Terimakasih Reza, terimakasih atas semua ini. Aku nggak nyangka kamu masih ingat hari ulang tahunku.”
“ Apa kamu lupa, aku kan sahabatmu jadi mana mungkin aku lupa hari ulang tahunmu. Sudah nggak usah banyak Tanya lagi, sekarang tiup lilinnya dan ucapkan harapanmu ditahun ini!”
“ Okay.” Aku pun meniup lilin dan berharap agar aku selalu bersama dengan Reza.
Setelah itu, aku pun memotong kue ulang tahun yang Reza bawa. Potongan pertama aku berikan pada Reza sebagai ucapan terimakasih atas semua yang telah dia lakukan untuk kebahagiaanku. Mungkin hanya perayaan ulang tahun sederhana ditaman sekolah dan hanya aku dan Reza yang merayakannya tapi hati ini sangat bahagia atas semua kebahagiaan sederhana ini. Setelah potongan pertama kuberikan pada Reza potongan lainnya kita makan berdua bersama karena tak ada orang lain lagi selain kita. Tapi karena kejahilan Reza sebagian dari kue ulang tahun yang ada dihadapanku tiba-tiba ada diwajah ini dan mencoreng-coreng hingga wajah ini terpenuhi oleh kue ulang tahun. Aku pun membalas kajailan Reza kepadaku dan moncoreng-coreng wajahnya itu. Hingga akhirnya seragam yang kita kenakan terpenuhi oleh kue ulang tahun. Tak ada kemaran diantara kita, tapi malah sebaliknya kita hanyut dalam kebagiaan sederhana ini dan tanpa kita sadari mentari mulai tenggelam dan akan berganti rembulan. Kita pun melihat matahari terbenam berdua ditaman sekolah dengan seragam yang sangat kotor. Kini aku melihat keindahan yang diciptakan oleh sang penguasa alam kepadaku lagi yaitu indahnya melihat matahari terbenam di sore hari bersama dengan Reza yang selalu menemaniku. Setelah itu kitapun bergegas untuk pulang dan Reza mengantarkan aku untuk pulang karena seragamku yang sangat kotor sekali.
Sesampainya dirumah, aku pun langsung cepat-cepat untuk mandi dan membersihkan kue ulang tahun yang ada ditubuhku. Malamnya aku aku tak fokus untuk belajar, aku masih terbayang kejadian tadi sore yang aku lakukan bersama dengan Reza. Bersama dengan buku dairy yang ada didepanku dan bolpoin yang ada ditanganku akupun menceritakan semuanya kepadanya dan suatu saat nanti tulisan yang aku rajut tentang persahabaatan kita akan aku buka kembali ketika aku telah dewasa nanti.
Dear Dairy
 Tepat dihari ini, hari ulang tahunku yaitu tanggal 17 Juli 2007 aku merayakan ulang tahunku dengan perayaan kecil bersama dengan sahabatku Reza. Tak pernah aku sangka ternyata dia masih ingat hari ulang tahunku dear. Hari dimana aku dilahirkan didunia ini dan aku telah tumbuh selama 16 tahun ini. Diulang tahunku yang ke 16 ini aku hanya berharap agar aku selalu bersama dengan Reza sampai kapanpun. Semoga Tuhan mengabulkan permintaankun dear, semoga kita akan selalu menjadi sahabat untuk selama-lamanya.
Dia sengaja merayakan ulang tahunku ditaman sekolah karena tempat itu adalah tempat favorit untuk kita berdua. Ditempat itu juga kebahagiaan masa-masa SMAku mulai ada, kebahagiaan yang muncul karena kehadirannya dalam hidupku. Teman-temanku tak ada yang sangat perhatian denganku seperti itu dan hanya dia yang dapat membuat hari-hari terasa lebih indah. Mungkinkah Tuhan akan memisahkan kita berdua dear? Mungkinkah hal itu akan terjadi? Aku hanya berharap semoga Tuhan tak pernah memisahkan kami.
Itulah sedikit isi hatiku yang aku ungkapkan pada dairy. Aku sangat sadar bahwa dairy tak dapat bicara atau apapun, dia hanya beberapa lembar buku yang hanya berisi rajutan-rajutan huruf berwarna hitam diatasnya. Tapi setidaknya suatu saat nanti aku akan selalu mengenang masa-masa ini dan tak akan pernah aku lupakan.
Beberapa bulan kemudian….
***

Bagaimana kelanjutan cerita selanjutnya? Simak terus postingan-postingan dari saya tentang  “Senyum Sang Sahabat” sampai sobat-sobat tahu gimana ending dari cerita ini.

No comments: