Pagi sobat. Dipagi ini bersama dengan
tetesan embun yang masih menemani, saya akan melanjutkan cerita “Senyum Sang
Sahabat” di bagian 4 ini. Disinilah
ending dari cerita ini akan kita ketahui. Silakan simak kelanjutan ceritanya!
***
Akhirnya
keinginanku untuk kuliyah dijurusan seni tercapai juga. Aku kini menjadi salah
satu mahasiswi di Institut Seni Indonesia. Sekarang aku harus focus dengan
kegiatanku dikampus, aku harus memperjuangkan segala angan dan Impainku disini
untuk menjadi seorang seniman. Seniman adalah sebuah cita-cita yang telah aku
impikan sejak kecil, entah mengapa aku sangat mencintai sebuah seni. Hati dan
tangan ini seakan telah menyatu untuk sekedar membuat sebuah karya seni, karya
tentang kehidupan, tentang perpaduan segala elemen-elemen yang ada dialam ini
dan kujadikan sebuah karya seni dengan sentuhan perasaan. Selain seni aku juga
suka menulis sebuah syair atau puisi, dulu sewaktu SMA aku sering menulis
sebuah puisi tentang persahabatanku dengan Reza. Tapi puisi tersebut telah jadi
kenangan karena kini dia menjauh dan pergi dariku dan kini kurajut kata tentang
dirinya “ Indah atau Kelam “
Indah atau
Kelam
Cahaya binar digenggammu
Kau tuangkan tuk jalan ini
Hinggaku semua tertatap
Dan kurasa bahagia
Senyum
yang ada
Kau
hias dalam paras
Tersentuh
hati kala lihat
Sungguh
tentam terasa
Baik budi pekerti
Tersikap dalam santunmu
Menyatu dalam fikir
Hingga kau jadi panutan
Kau
bangkitkanku
Tak
lagi terpaku
Gelap
tersihir terang
Damai
dan nyaman
Awal yang indah
Bukan akhir yang kelam
Awal yang kelam
Bukan akhir yang kelam
Siapakah
engkau?
Mengapa
kau tumbuhkannya
Hinggaku
mengakar
Dan
tunas ini tumbuh
Timbul rasa kala senada
Senada kala luka
Kurasa kau indah
Tapi itu kelam
Kau
bukanlah malaikat
Ataupun
cahaya
Apakah
hakikatnya engkau?
Indah atau kelam
Kata-kata
itu aku rajut saat aku tak sengaja membaca salah satu halaman buku harian Reza
dan saat dia menulisnya saat itu hubunganku dengannya kurang baik. Salah satu
halaman itu berisi:
“ Semua orang dengan berbagai sifat
dan karakter mereka masing-masing pasti akan datang dan menghampiri dirimu.
Janganlah engkau terlena dengan mereka yang memberikan perhatian yang lebih
padamu. Janganlah engakau terlena seperti diriku. Jika memang itu perhatian
yang tulus maka bersyukurlah tapi jika memang pada akhirnya akan memberikanmu
luka maka waspadalah. Karena kita tak pernah tau bagaimana karakter mereka
sebenarnya. Mungkin saja itu memang sikap merekayang sering atau selalu
memberikan perhatian pada seseorang hingga hal itu akan meluluhkan hatimu dan
akan membuatmu jatuh cinta padanya. Dan rasa itu akan semakin tumbuh hingga
engkau terlalu sayang padanya, tapi ingatlah apakah dia juga menyukaimu atau
mencintaimu. Dan jika engkau telah timbul rasa pada dirinya, disaat itulah
engkau harus berhati-hati akan segala kemungkinan yang akan terjadi. Karena dia
yang member perhatian padamu belum tentu menyukaimu. Disaat inilah kadang kita
salah menilai seseorang. Dia memang sempat membuatmu bangkit dari hidupmu yang
gelap dimasa lalumu tapi dia juga yang akan membawamu kejalan kegelapan.
Berhati-hatilah, janganlah engkau terlalu menggunakan perasaan dengan seseorang
yang member perhatian yang lebih padamu karena engkau akan terjebak dengan
persaanmu sendiri. Jika memang persahabatan adala jalan yang terbaik maka aku
akan menjaga persahabatan itu, persahabatan anatara aku dengan Rena.”
Dari
selembar kertas itu aku tau apa yang dia rasakan ketika itu. Perihnya hati yang
Reza rasakan atas keputusanku untuk hanya berhubungan sebatas sahabat dan
sekarang aku juga merasakan hal itu atas keputusan Reza untuk menjauh dan pergi
dariku walau mungkin hanya untuk sementara. Aku sadar bahwa aku harus focus
dengan kuliyahku karena kuliyah dan belajar adalah rutinitas utamaku. Tapi
memang hati ini tak dapat berbohong, kesedihan yang aku rasakan semakin dalam.
Hari demi hari kuhabiskan untuk memperjuangkan segal impianku untuk menjadi
seorang seniman tapi disisi lain aku selalu teringat pada wajah sahabatku yang
jauh dinegeri orang yaitu Reza. Hingga suatu ketika bersama kertas putih dan
pensil yang aku genggam tak terasa tangan ini melukis sebuah wajah dan aku
mersa tak asing lagi dengan wajah itu yang jelas-jelas itu adalah wajah Reza.
Aku sempat mendengar kabar tentang dirinya dari Keysa bahwa Reza sekarang focus
untuk menjadi seorang dancer. Iya aku tau hal itu dari Keysa karena dia juga
satu kuliyah denganku. Saat kudengar kabar itu hati inipun ikut senang karena
tinggal selangkah lagi cita-cita Reza akan segera tercapai untuk menjadi
seorang dancer dan begitu juga dengan aku untuk berjuang menjadi seorang
seniman.
Waktu
terus saja berjalan kedepan dan tak mungkin kuputar waktu itu kebelakang, walau
aku ingin untuk kembali kemasa SMAku bersama Reza, bersama dalam segalaa
kemungkinan yang terjadi ketika itu. Ketika libur kuliyah kusempatkan waktu
untuk berkunjung ke SMAku dulu bersama dengan Keysa. Ketika disana kamipun
langsung menuju ke taman sekolah, tempat dimana aku, Keysa , dan Reza sering
bersama. Tempat itu ternyata tak berubah, pohon dan keindahan-keindahan yang
ada disekitarnya masih sama seperti dulu. Saat ditempat itu aku rindu lagi
dengan Reza dalam lamunanku kala menikmati indahnya tempat itu.
“
Are you okay Rena?” Tanya Keysa saat melihatku melamun.
“
Okay. Aku baik-baik aja kok.”
“
Kamu nggak bisa bohong sama aku Ren, Kenapa? Ada masalah apa?”
“
Aku hanya rindu dengan temapt ini.”
“
Tidak itu saja kan? Apakah kamu juga merindukan Reza?”
“
Kamu benar, aku memang merindukannya. Sekarang kita udah nggak lengkap lagi
Key.”
“
Aku tau kita memang sudah tak lengkap lagi. Karena pada hakikatnya semua itu
akan jadi kenangan dan kenangan itu tak akan pernah bisa kau lupakan, walau
sakit memang karena aku juga merasakan kehilangan Reza.”
“
Semua ini salahku Key.”
“
Semua ini bukan salahmu Ren, memang setelah lulus SMA dia memutuskan untuk
mencari jalan yang berbeda.”
“
Aku menyesal dengan keputusanku dulu, aku sangat merasakan kehilangan dirinya.”
“
Penyesalan memang selalu datang terlambat kawan, tapi yakinlah Tuhan selau ada
disampingmu, maka berdoalah dan mengadulah pada dia karena itu akan membawa
ketentraman dalam hatimu.”
“
Hal itu selau aku lakukan bahkan selalu ada nama Reza disetiap doaku, berharap
dia menghubungiku lagi dan kembali bersamaku dikota ini.”
“
Sudahlah kawan, tempat ini hanya akan membuatmu bersedih. Ayo kita pergi.”
“
Sebentar aku ingin menikmati tempat ini dulu. Tempat ini menjadi sedikit
pengobat rasa rinduku.”
“
Tapi tempat ini hanya akan menyiksamu kawan.”
“
Baiklah ayo kita pergi.”
Kamipun
tak terlalu lama ditempat itu karena Keysa tak ingin melihatku bersedih
ditempat itu. Tempat itu membuatku ingat dengan masa laluku ketika kita masih
dapat bersama-sama dan jalan yang senada. Dan akhirnya kita pergi meninggalkan
tempat itu.
Juli 2011…
Tak terasa waktu semakin berlalu, 4
tahun sudah aku melewati masa-masa tanpa Reza. Keysa memang benar penyesalan
memang selalu datang terakhir. Dalam waktu 4 tahun itu pula aku berusaha
mencari jati diriku yang sesungguhnya untuk menjadi seorang seniman. Usaha dan
kerja kerasku selama ini terbayar sudah karena aku telah mengadakan pangeran
seni rupa dan semua pengunjung menyukai lukisan-lukisan yang aku pamerkan. Tapi
rasanya semua itu kurang lengkap tanpa hadirnya Reza disini. Mungkin selama 4
tahun ini juga Reza telah menjadi seorang dancer yang sangat hebat. Dulu dia
sempat bilang jika lulus SMA nanti dia akan focus untuk menjadi seorang dancer
yang hebat dan semoga dia sekarang telah menggapai semua angan dan impiannya
seperti diriku.
Malam ini aku berusaha meratapi
semunya, meratapi waktu-waktu yang telah aku lalui, mengapa aku sangat merasa
kehilangan karena kepergian Reza. Dan aku sekarang baru sadar bahwa aku juga
mencintai Reza. Rasa itu ada setelah Reza pergi meninggalkanku. Lagi-lagi aku
ingin menulis kata dari lubuk hati terdalam.
Semakin Tersiksa
Bersamnya angin malam
Gundah gulita mengukir rasa
Tertati menanti kedinginan sepi
Apalah arti sendiri
Jika diri merajut sepi
Tersimpan rasa dalam hati
Hanya berusaha
Berjuang dalam perjuangan
Walau remuk hati ini
Tersimpan lara berjuta rasa
Melupakanmu semakin tersiksa
Terkubur dalam peti kenangan
Kau yang kupuja
Kau yang kusayang
Hilang, pergi dari cerita
Tinggalkan kisah penuh warna
Hanya itu yang dapat kutulis untuk
saat ini. Setelah aku menulisnya, akupun
membuka lembaran-lembaran dan sejenak membaca kata-kata yang pernah aku tulis
ditahun-tahun sebelumnya. Saat aku membacanya ada satu halaman yang membuatku
terkesan, halaman itu bertulis tentang saat aku merayakan ulang tahun sederhana
ditaman sekolah tepatnya pada tanggal 17 Juli 2007. Dan hari ini adalah tanggal
16 Juli 2011, dimana hari ulang tahun adalah besok. Sebenarnya aku berharap
besok dapat merayakan ulang tahunku bersama dengan Reza tapi itu sangatlah tak
mungkin terjadi. Esoknya tepat tanggal 17 Juli 2011 adalah hari ulang tahunku.
Kudengar kabar dari Keysa bahwa Reza telah kembali ke Indonesia. Akupun sangat
senang sekali mendengar berita itu tapi mengapa dihari ini dia tak datang
diacara pesta ulang tahunku. Apakah dia sudah lupa dengan hari ulang tahunku?
Sedikit kecewa dihari ini, kenapa
Reza tak datang keacara pesta ulang tahunku. Apakah dia sudah lupa akan diriku?
Atau ada hal lain yang membuatnya tak dapat datang ke pesta ulang tahunku.
Ulang tahunku dihari ini terasa hampa, aku bahkan tak merasa lebih baik dari
hari sebelumnya. Setelah hari itu, esoknya aku datang menemui Keysa dirumahnya.
Aku ingin menanyakan tentang Reza kepadanya, mungkin saja dia tau tentang Reza
dan dimana dia tinggal sekarang karena Keysa sempat bilang bahwa Reza tidak
kembali kerumahnya yang dulu.
Tok..tok..tok
kuketuk pintu rumah Keysa.
“
Hey Ren, tumben amat pagi-pagi kesini, ada apa?” Tanya Keysa sambil membuka
pintu rumahnya.
“
Kamu sibuk nggak?”
“
Nggak kok, aku nggak sibuk. Emang kenapa?”
“
Aku mau tanya alamat rumah Reza.”
“
Rumah Reza?” terlihat Keysa terkejut ketika mendengar nama Reza.
“
Iya rumah Reza, kenapa kamu terkejut?”
“
Emm…nggak papa, kamu mau ngapain kesana?”
“
Kenapa kamu masih bertanya, aku kan rindu sama dia.”
“
Tapi….”
“
Tapi kenapa?”
“
Emm…sudah lupakan saja. Baiklah aku akan mengantarmu kerumah Reza tapi aku
siapa-siap dulu. Tunggu sebentar.”
“
Baiklah.” Dan menunggu Keysa beriap-siap.
Tak
lama kemudian Keysa keluar dari rumahnya dan kamipun segera pergi ke rumah
Reza. Disepanjang perjalanan, sambil kunikmati panorama yang begitu indah,
akupun tersa bahagia karena aku akan bertemu dengan Reza lagi setelah 4 tahun
lamanya kita berpisah. Disaat itu juga aku ingat akan kata-kata Reza jika dia
akan kembali lagi bersamaku karena kehendak Tuhan dan dalam beberapa saat hal
itu akan menjadi kenyataan.
“
Key, menurutmu gimana wajah Reza sekarang ya?” tanyaku saat diperjalanan menuju
rumah Reza.
“
Pasti dia sekarang udah berubah, jauh beda dengan dulu.”
“
Menurutku sih juga gitu, dia lupa nggak ya sama aku?”
“
Itu sih nggak mungkin, kamu kan sahabat terbaiknya apalagi diakan juga pernah
ada rasa denganmu.”
“
Tapi kenapa dia kemarin nggak datang keacara pesta ulang tahunku, padahal
diakan sudah ada di Indonesia?”
“
Mungkin ada urusan yang harus dia selesaikan tapi aku yakin kok sebenarnya dia
juga ingin datang keacara pesta ulang tahunmu.”
“
Semoga saja begitu.”
Tak
lama kemudian kita berhenti disuatu tempat. Tapi kenapa harus berhenti ditempat
ini? Lalu akupun bertanya pada Keysa dengan penuh kekhawatiran.
“
Key, kenapa kita berhenti disini?”
“
Nanti kamu akan tau.”
“
Maksud kamu?”
“
Sudah ikuti aku saja.”
“
Okay, baiklah.”
Tuhan
ada apa ini? Mengapa aku takut dengan tempat ini? Apa yang sebenarnya terjadi?
Saat Keysa berhenti ditempat ini semua rasa takut, gelisah, bahkan khawatir
bercampur jadi satu. Saat aku bertanya pada Keysapun dia hanya menjawab dengan
nada agak jutek, tapi yang aku tau kaki ini harus melangkah mengikuti kemana
Keysa akan melangkah. Lalu diapun berhenti dan mengatakan :
“
Ini rumah Reza.”
“
Maksud kamu?” aku terkejut mendengarnya.
“
Iya inilah rumah Reza, dia akan tinggal disini untuk selamanya.”
“
Apa yang kamu katakan Key? Mengapa kamu membawaku ketempat pemakaman ini dan
kamu mengatakan bahwa didepanku ini adalah rumah Reza. Apa arti semua ini Key?”
“
Maaf Ren, bukan maksud aku membuatmu bersedih, tapi ininlah kenyataannya. Kamu
sendiri yang ingin pergi ke rumah Reza dan inilah rumah Reza sekarang. Lihatlah
nama yang ada di batu nisan tersebut!”
“
Apa?” air mataku tak dapat kutahan lagi saat kulihat inilah rumah Reza.
“
Sabar Key, Reza memang sudah meninggal, dia sudah tak dapaat bersama-sama
dengan kita lagi.”
“
Aku benar-benar masih bingung dengan semua ini. Aku belum bisa menerima
kepergian Reza. Aku bahkan belum sempat membuatnya bahagia.”
“
Jangan begitu Ren. Sebenarnya kemarin Reza akan menghadiri pesta ulang tahunmu
tapi takdir berkata lain, ditengah perjalanan Reza mengalami kecelakaan hingga
nyawanya tak dapat tertolong lagi.”
“
Kenapa kemarin kamu nggak bilang sama aku? Aku bahkan belum sempat melihat Reza
untuk yang terakhir kalinya.”
“
Sekali lagi aku minta maaf, kemarin aku tak dapat mengatakan yang sebenarnya
karena aku tak ingin merusak acara ulang tahunmu.”
“
Mungkin ini sudak takdirku untuk berpisah dengan Reza untuk selamanya tapi aku
juga yakin, kelak kita pasti akan bertemu lagi dialam yang penuh dengan
keabadian.”
“
Jangan bersedih Ren, ikhlaskan kepergiannya.”
“
Aku akan berusaha.”
“
Oh iya, kemarin Mama Reza menitipkan kotak ini untukmu. Katanya didalam kotak
ini ada kado ulang tahunmu yang belum sempat Reza berikan untukmu dan ini ada
surat dikamar Reza yang dia tulis untukmu tapi juga belum sempat dia berikan
padamu.”
“
Terimakasih. Key, tolong tinggalkan aku sebentar.”
“
Baiklah.”
Setelah
Keysa pergi dari tempat itu aku membaca surat dari Reza didepan makamnya. Surat
itu berisi :
Dear : Rena
Bersamanya dengan tinta dan
lembaran ini kutulis berpatah-patah kata yang kuuintai tuk dirimu wahai
sahabatku. Maaf jika beberapa tahun ini aku tak pernah memberi kabar padamu,
aku sengaja lakukan itu karena diriku hanya berusaha untuk menghapus rasa cinta
yang pernah kutuangkan untukmu. Tapi itu tak mungkin, aku terlalu sayang
padamu. Tunggulah kedatanganku kembali dalam beberapa purnama lagi dan saat itu
tepat ketika pesta ulang tahunmu. Tuhan telah ciptakan seorang hawa tuk
bahagiaku sesaat, tapi kuyakin semoga keajaibannya menyertaiku.
Aku bukanlah pujangga yang pandai
rajut kata tuk luluhkan hatimu tapi setidaknya kata ini kurajut karena
ketulusan hatiku memencintaimu.
Engkaulah sahabat dan permataku
Rena. Apapun yang terjadi, jika engkau bahagia akupun ikut serta bahagia.
Karena sejatinya cinta bukanlah ego, tapi cinta adalah bahagia ketika sang permata
yang kucinta itu bahagia. Tapi jikalau kau harus jadi kenangan maka kan
kuabadiakan dalam prasati cintaku.
Tunggulah kedatangaku kembali untuk
dunia ini ataupun dialam keabadian
Sahabatmu
Reza
Saat
kubaca surat darinya, air matakupun tak henti-hentinya tuk mengalir dan tak
sengaja jatuh ketanah pemakaman Reza yang masih merah itu. Ternyata dugaanku
selama ini salah, selama bertahun-tahun kita berpisah ia berusaha melawan semua
rasa itu, perasaan yang membuat hubunganku dengan dirinya berubah. Kini dia
benar-benar meninggalkanku, meninggalkan kehidupan didunia ini dan pergi menuju
keabadian. Pepatah memang benar, cepat atau lamabat seseorang yang pernah
menghampiri hidupmu pasti juga akan meninggalkan hidupmu dan semuanya akan jadi
kenangan.
Untuk
Reza sahabatku, maafkan aku, aku sempat membuatmu bahagia bahkan aku tak dapat
melihatmu untuk yang terakhir kalinya. Dalam hati ini, aku merasa sangat
kecewa, sangat-sangat kecewa dengan keputusanku sendiri. Aku masih disini,
dirumahmu sekarang, kaki ini sulit tuk pergi dari rumah barumu ini. Tapi saat
aku memeluk batu nisanmu, aku teringat dengan kata-katamu bahwa kau tak ingin
melihatku tersedih walau kau tak ada disisiku lagi karena kau hanya ingin
melihatku selalu tersenyum. Saat itu juga aku berusaha untuk bangkit dari
rumahmu walau tubuh ini terasa lemas sekali tapi aku harus bangkit aku tak
ingin menangis didepan rumahmu. Semakin lama aku ditempat ini, aku merasakan
hembusan-hembusan angin yang perlahan-lahan semakin kencang menghampiriku.
Lantas kuberusaha berjuang tuk ikhlaskan kepergianmu walau berat tapi kukan
berusaha melawannya. Sepertinya angin-angin ini mersakan apa yang telah aku
rasakan kdan aku mulai berdiri untuk kembali pulang. Ketika kakiku menapaki
jalan keluar dari pemakaman ini, seolah ada bisikan yang menuntunku untuk
menoleh kebelakang yaitu ruamah keabadian Reza. Kala mata ini melihat
kebelakang, aku melihat sosok seorang pria berpakaian putih yang tersenyum
kearahku dengan cahaya yang begitu terang yang menyelimuti dirinya. Akupun
tersenyum kearah pria tersebut karena dia adalah sahabat sejatiku, Reza. Dengan
batas alam yang berbeda diantara kita, matanya solah-olah berbicara padaku
bahwa ia tak ingin melihatku bersedih dan aku harus merelakan kepergiannya. Tuhan,
apakah ini memang kehendakmu, aku dapat melihatnya untuk yang terakhir kali
walu kita sudah beda alam. Lalu dia member senyuman terakhir untukku dan diapun
pergi berjalan menuju sinar cahaya yang ada dibelakangnya. Aku yakin sinar itu
adalah jalan menuju surga yaitu kehidupan yang abadi. Dalam hati aku hanya
dapat berkata, semoga tangan-tangan Tuhan akan menyatukan kita lagi.
Juli 2015…
Mungkin
sudah bertahun-tahun kejadian yang pernah membuatku terpuruk itu terjadi tapi
belum juga rasa penyesalan dalam diri ini terhapuskan. Jika harus jujur, batin
ini masih menangis dan tersiksa tapi apa boleh buat aku tak dapat memutar waktu
ataupun mengubah takdir, aku hanya dapat ikhlas dan tabah menerima semuanya.
Hanya ada satu hal yang tak dapat aku lupakan hingga saat ini yaitu dia masih
tersenyum padaku walau kita telah beda alam yaitu senyum terakhir darinya untuk
diriku. Senyuman terakhir itu akan selalu membekas dalam hati ini dan akan
selalu menemani perjalanan hidupku dengan penuh senyuman karena itu salah satu
pesan darinya agar hari-hariku selalu aku hiasi dengan senyuman. Bertahun-tahun
ini pula aku selalu mengingatmu dalam setiap hembusan nafas dan doa-doaku agar
engkau selalu bahagia di alam sana. Dan semoga dengan bergulirnya waktu hidupku
menjadi lebih baik dan aku tak akan pernah mengulang segala kesalahan yang
pernah aku lakukan dimasa laluku karena akau tak ingin jatuh kelubang yang
sama. Saat ini juga kuuntai puisi terakhir tentang dirinya dan diriku.
Senyum
Terakhir
Nada bergetar berlambaian daun
Terbang hingga bosan
Melayang beralur datar
Dikelopaknya aku bertapa
Dijalan yang senada
Menyatu berteman harum bunga
Sejalannya waktu musim berganti
Semi dan gugur
Gemulainya angin menari
Hingga kau pergi keperaduan
Untuk satu keabadian
Dan ku kau lepas
Terlepas dari janji dan jatuh
Sang awan menyambutku
Dan berjalan atas penyesalan
Kepastian telah musnah
Tapi….
Satu senjata masih kugenggam
Senjata darimu untukku
Senyum yang tulus
Senyum yang indah
Dan senyum terakhir
Terimakasih atas semua pelajaran hidup
yang pernah kau berikan padaku wahai sahabatku. Semua kebaikan yang pernah kau
berikan padaku tak akan aku lupakan begitu saja karena apapun yang terjadi kamu
akan tetap menjadi sahabat terbaikku. Walau kau tak dapat bersamaku didunia ini
lagi tapi kelak tangan-tangan Tuhan akan mempertemukan kita lagi. Percayalah
wahai sahabatku. Aku tau kau kini telah melihatku diatas sana, di alam
keabadianmu dengan senyumanmu itu. Dan terimakasih atas senyum terakhir yang
akan menjadi senjata dalam perjalanan hidupku.
~ SELESAI ~
No comments:
Post a Comment