Wednesday 2 March 2016

Senyum Sang Sahabat, Ending ( Cerbung )

Pagi sobat. Dipagi ini bersama dengan tetesan embun yang masih menemani, saya akan melanjutkan cerita “Senyum Sang Sahabat” di bagian 4  ini. Disinilah ending dari cerita ini akan kita ketahui. Silakan simak kelanjutan ceritanya!

            ***
Akhirnya keinginanku untuk kuliyah dijurusan seni tercapai juga. Aku kini menjadi salah satu mahasiswi di Institut Seni Indonesia. Sekarang aku harus focus dengan kegiatanku dikampus, aku harus memperjuangkan segala angan dan Impainku disini untuk menjadi seorang seniman. Seniman adalah sebuah cita-cita yang telah aku impikan sejak kecil, entah mengapa aku sangat mencintai sebuah seni. Hati dan tangan ini seakan telah menyatu untuk sekedar membuat sebuah karya seni, karya tentang kehidupan, tentang perpaduan segala elemen-elemen yang ada dialam ini dan kujadikan sebuah karya seni dengan sentuhan perasaan. Selain seni aku juga suka menulis sebuah syair atau puisi, dulu sewaktu SMA aku sering menulis sebuah puisi tentang persahabatanku dengan Reza. Tapi puisi tersebut telah jadi kenangan karena kini dia menjauh dan pergi dariku dan kini kurajut kata tentang dirinya “ Indah atau Kelam “
 Indah atau  Kelam
Cahaya binar digenggammu
Kau tuangkan tuk jalan ini
Hinggaku semua tertatap
Dan kurasa bahagia
            Senyum yang ada
            Kau hias dalam paras
            Tersentuh hati kala lihat
            Sungguh tentam terasa
Baik budi pekerti
Tersikap dalam santunmu
Menyatu dalam fikir
Hingga kau jadi panutan
            Kau bangkitkanku
            Tak lagi terpaku
            Gelap tersihir terang
            Damai dan nyaman
Awal yang indah
Bukan akhir yang kelam
Awal yang kelam
Bukan akhir yang kelam
            Siapakah engkau?
            Mengapa kau tumbuhkannya
            Hinggaku mengakar
            Dan tunas ini tumbuh
Timbul rasa kala senada
Senada kala luka
Kurasa kau indah
Tapi itu kelam
            Kau bukanlah malaikat
            Ataupun cahaya
            Apakah hakikatnya engkau?
 Indah atau kelam
Kata-kata itu aku rajut saat aku tak sengaja membaca salah satu halaman buku harian Reza dan saat dia menulisnya saat itu hubunganku dengannya kurang baik. Salah satu halaman itu berisi:
“ Semua orang dengan berbagai sifat dan karakter mereka masing-masing pasti akan datang dan menghampiri dirimu. Janganlah engkau terlena dengan mereka yang memberikan perhatian yang lebih padamu. Janganlah engakau terlena seperti diriku. Jika memang itu perhatian yang tulus maka bersyukurlah tapi jika memang pada akhirnya akan memberikanmu luka maka waspadalah. Karena kita tak pernah tau bagaimana karakter mereka sebenarnya. Mungkin saja itu memang sikap merekayang sering atau selalu memberikan perhatian pada seseorang hingga hal itu akan meluluhkan hatimu dan akan membuatmu jatuh cinta padanya. Dan rasa itu akan semakin tumbuh hingga engkau terlalu sayang padanya, tapi ingatlah apakah dia juga menyukaimu atau mencintaimu. Dan jika engkau telah timbul rasa pada dirinya, disaat itulah engkau harus berhati-hati akan segala kemungkinan yang akan terjadi. Karena dia yang member perhatian padamu belum tentu menyukaimu. Disaat inilah kadang kita salah menilai seseorang. Dia memang sempat membuatmu bangkit dari hidupmu yang gelap dimasa lalumu tapi dia juga yang akan membawamu kejalan kegelapan. Berhati-hatilah, janganlah engkau terlalu menggunakan perasaan dengan seseorang yang member perhatian yang lebih padamu karena engkau akan terjebak dengan persaanmu sendiri. Jika memang persahabatan adala jalan yang terbaik maka aku akan menjaga persahabatan itu, persahabatan anatara aku dengan Rena.”
Dari selembar kertas itu aku tau apa yang dia rasakan ketika itu. Perihnya hati yang Reza rasakan atas keputusanku untuk hanya berhubungan sebatas sahabat dan sekarang aku juga merasakan hal itu atas keputusan Reza untuk menjauh dan pergi dariku walau mungkin hanya untuk sementara. Aku sadar bahwa aku harus focus dengan kuliyahku karena kuliyah dan belajar adalah rutinitas utamaku. Tapi memang hati ini tak dapat berbohong, kesedihan yang aku rasakan semakin dalam. Hari demi hari kuhabiskan untuk memperjuangkan segal impianku untuk menjadi seorang seniman tapi disisi lain aku selalu teringat pada wajah sahabatku yang jauh dinegeri orang yaitu Reza. Hingga suatu ketika bersama kertas putih dan pensil yang aku genggam tak terasa tangan ini melukis sebuah wajah dan aku mersa tak asing lagi dengan wajah itu yang jelas-jelas itu adalah wajah Reza. Aku sempat mendengar kabar tentang dirinya dari Keysa bahwa Reza sekarang focus untuk menjadi seorang dancer. Iya aku tau hal itu dari Keysa karena dia juga satu kuliyah denganku. Saat kudengar kabar itu hati inipun ikut senang karena tinggal selangkah lagi cita-cita Reza akan segera tercapai untuk menjadi seorang dancer dan begitu juga dengan aku untuk berjuang menjadi seorang seniman.
Waktu terus saja berjalan kedepan dan tak mungkin kuputar waktu itu kebelakang, walau aku ingin untuk kembali kemasa SMAku bersama Reza, bersama dalam segalaa kemungkinan yang terjadi ketika itu. Ketika libur kuliyah kusempatkan waktu untuk berkunjung ke SMAku dulu bersama dengan Keysa. Ketika disana kamipun langsung menuju ke taman sekolah, tempat dimana aku, Keysa , dan Reza sering bersama. Tempat itu ternyata tak berubah, pohon dan keindahan-keindahan yang ada disekitarnya masih sama seperti dulu. Saat ditempat itu aku rindu lagi dengan Reza dalam lamunanku kala menikmati indahnya tempat itu.
“ Are you okay Rena?” Tanya Keysa saat melihatku melamun.
“ Okay. Aku baik-baik aja kok.”
“ Kamu nggak bisa bohong sama aku Ren, Kenapa? Ada masalah apa?”
“ Aku hanya rindu dengan temapt ini.”
“ Tidak itu saja kan? Apakah kamu juga merindukan Reza?”
“ Kamu benar, aku memang merindukannya. Sekarang kita udah nggak lengkap lagi Key.”
“ Aku tau kita memang sudah tak lengkap lagi. Karena pada hakikatnya semua itu akan jadi kenangan dan kenangan itu tak akan pernah bisa kau lupakan, walau sakit memang karena aku juga merasakan kehilangan Reza.”
“ Semua ini salahku Key.”
“ Semua ini bukan salahmu Ren, memang setelah lulus SMA dia memutuskan untuk mencari jalan yang berbeda.”
“ Aku menyesal dengan keputusanku dulu, aku sangat merasakan kehilangan dirinya.”
“ Penyesalan memang selalu datang terlambat kawan, tapi yakinlah Tuhan selau ada disampingmu, maka berdoalah dan mengadulah pada dia karena itu akan membawa ketentraman dalam hatimu.”
“ Hal itu selau aku lakukan bahkan selalu ada nama Reza disetiap doaku, berharap dia menghubungiku lagi dan kembali bersamaku dikota ini.”
“ Sudahlah kawan, tempat ini hanya akan membuatmu bersedih. Ayo kita pergi.”
“ Sebentar aku ingin menikmati tempat ini dulu. Tempat ini menjadi sedikit pengobat rasa rinduku.”
“ Tapi tempat ini hanya akan menyiksamu kawan.”
“ Baiklah ayo kita pergi.”
Kamipun tak terlalu lama ditempat itu karena Keysa tak ingin melihatku bersedih ditempat itu. Tempat itu membuatku ingat dengan masa laluku ketika kita masih dapat bersama-sama dan jalan yang senada. Dan akhirnya kita pergi meninggalkan tempat itu.
Juli 2011…
            Tak terasa waktu semakin berlalu, 4 tahun sudah aku melewati masa-masa tanpa Reza. Keysa memang benar penyesalan memang selalu datang terakhir. Dalam waktu 4 tahun itu pula aku berusaha mencari jati diriku yang sesungguhnya untuk menjadi seorang seniman. Usaha dan kerja kerasku selama ini terbayar sudah karena aku telah mengadakan pangeran seni rupa dan semua pengunjung menyukai lukisan-lukisan yang aku pamerkan. Tapi rasanya semua itu kurang lengkap tanpa hadirnya Reza disini. Mungkin selama 4 tahun ini juga Reza telah menjadi seorang dancer yang sangat hebat. Dulu dia sempat bilang jika lulus SMA nanti dia akan focus untuk menjadi seorang dancer yang hebat dan semoga dia sekarang telah menggapai semua angan dan impiannya seperti diriku.
            Malam ini aku berusaha meratapi semunya, meratapi waktu-waktu yang telah aku lalui, mengapa aku sangat merasa kehilangan karena kepergian Reza. Dan aku sekarang baru sadar bahwa aku juga mencintai Reza. Rasa itu ada setelah Reza pergi meninggalkanku. Lagi-lagi aku ingin menulis kata dari lubuk hati terdalam.
Semakin Tersiksa
Bersamnya angin malam
Gundah gulita mengukir rasa
Tertati menanti kedinginan sepi
Apalah arti sendiri
Jika diri merajut sepi
Tersimpan rasa dalam hati
Hanya berusaha
Berjuang dalam perjuangan
Walau remuk hati ini
Tersimpan lara berjuta rasa
Melupakanmu semakin tersiksa
Terkubur dalam peti kenangan
Kau yang kupuja
Kau yang kusayang
Hilang, pergi dari cerita
Tinggalkan kisah penuh warna
            Hanya itu yang dapat kutulis untuk saat ini.  Setelah aku menulisnya, akupun membuka lembaran-lembaran dan sejenak membaca kata-kata yang pernah aku tulis ditahun-tahun sebelumnya. Saat aku membacanya ada satu halaman yang membuatku terkesan, halaman itu bertulis tentang saat aku merayakan ulang tahun sederhana ditaman sekolah tepatnya pada tanggal 17 Juli 2007. Dan hari ini adalah tanggal 16 Juli 2011, dimana hari ulang tahun adalah besok. Sebenarnya aku berharap besok dapat merayakan ulang tahunku bersama dengan Reza tapi itu sangatlah tak mungkin terjadi. Esoknya tepat tanggal 17 Juli 2011 adalah hari ulang tahunku. Kudengar kabar dari Keysa bahwa Reza telah kembali ke Indonesia. Akupun sangat senang sekali mendengar berita itu tapi mengapa dihari ini dia tak datang diacara pesta ulang tahunku. Apakah dia sudah lupa dengan hari ulang tahunku?
            Sedikit kecewa dihari ini, kenapa Reza tak datang keacara pesta ulang tahunku. Apakah dia sudah lupa akan diriku? Atau ada hal lain yang membuatnya tak dapat datang ke pesta ulang tahunku. Ulang tahunku dihari ini terasa hampa, aku bahkan tak merasa lebih baik dari hari sebelumnya. Setelah hari itu, esoknya aku datang menemui Keysa dirumahnya. Aku ingin menanyakan tentang Reza kepadanya, mungkin saja dia tau tentang Reza dan dimana dia tinggal sekarang karena Keysa sempat bilang bahwa Reza tidak kembali kerumahnya yang dulu.
Tok..tok..tok kuketuk pintu rumah Keysa.
“ Hey Ren, tumben amat pagi-pagi kesini, ada apa?” Tanya Keysa sambil membuka pintu rumahnya.
“ Kamu sibuk nggak?”
“ Nggak kok, aku nggak sibuk. Emang kenapa?”
“ Aku mau tanya alamat rumah Reza.”
“ Rumah Reza?” terlihat Keysa terkejut ketika mendengar nama Reza.
“ Iya rumah Reza, kenapa kamu terkejut?”
“ Emm…nggak papa, kamu mau ngapain kesana?”
“ Kenapa kamu masih bertanya, aku kan rindu sama dia.”
“ Tapi….”
“ Tapi kenapa?”
“ Emm…sudah lupakan saja. Baiklah aku akan mengantarmu kerumah Reza tapi aku siapa-siap dulu. Tunggu sebentar.”
“ Baiklah.” Dan menunggu Keysa beriap-siap.
Tak lama kemudian Keysa keluar dari rumahnya dan kamipun segera pergi ke rumah Reza. Disepanjang perjalanan, sambil kunikmati panorama yang begitu indah, akupun tersa bahagia karena aku akan bertemu dengan Reza lagi setelah 4 tahun lamanya kita berpisah. Disaat itu juga aku ingat akan kata-kata Reza jika dia akan kembali lagi bersamaku karena kehendak Tuhan dan dalam beberapa saat hal itu akan menjadi kenyataan.
“ Key, menurutmu gimana wajah Reza sekarang ya?” tanyaku saat diperjalanan menuju rumah Reza.
“ Pasti dia sekarang udah berubah, jauh beda dengan dulu.”
“ Menurutku sih juga gitu, dia lupa nggak ya sama aku?”
“ Itu sih nggak mungkin, kamu kan sahabat terbaiknya apalagi diakan juga pernah ada rasa denganmu.”
“ Tapi kenapa dia kemarin nggak datang keacara pesta ulang tahunku, padahal diakan sudah ada di Indonesia?”
“ Mungkin ada urusan yang harus dia selesaikan tapi aku yakin kok sebenarnya dia juga ingin datang keacara pesta ulang tahunmu.”
“ Semoga saja begitu.”
Tak lama kemudian kita berhenti disuatu tempat. Tapi kenapa harus berhenti ditempat ini? Lalu akupun bertanya pada Keysa dengan penuh kekhawatiran.
“ Key, kenapa kita berhenti disini?”
“ Nanti kamu akan tau.”
“ Maksud kamu?”
“ Sudah ikuti aku saja.”
“ Okay, baiklah.”
Tuhan ada apa ini? Mengapa aku takut dengan tempat ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Saat Keysa berhenti ditempat ini semua rasa takut, gelisah, bahkan khawatir bercampur jadi satu. Saat aku bertanya pada Keysapun dia hanya menjawab dengan nada agak jutek, tapi yang aku tau kaki ini harus melangkah mengikuti kemana Keysa akan melangkah. Lalu diapun berhenti dan mengatakan :
“ Ini rumah Reza.”
“ Maksud kamu?” aku terkejut mendengarnya.
“ Iya inilah rumah Reza, dia akan tinggal disini untuk selamanya.”
“ Apa yang kamu katakan Key? Mengapa kamu membawaku ketempat pemakaman ini dan kamu mengatakan bahwa didepanku ini adalah rumah Reza. Apa arti semua ini Key?”
“ Maaf Ren, bukan maksud aku membuatmu bersedih, tapi ininlah kenyataannya. Kamu sendiri yang ingin pergi ke rumah Reza dan inilah rumah Reza sekarang. Lihatlah nama yang ada di batu nisan tersebut!”
“ Apa?” air mataku tak dapat kutahan lagi saat kulihat inilah rumah Reza.
“ Sabar Key, Reza memang sudah meninggal, dia sudah tak dapaat bersama-sama dengan kita lagi.”
“ Aku benar-benar masih bingung dengan semua ini. Aku belum bisa menerima kepergian Reza. Aku bahkan belum sempat membuatnya bahagia.”
“ Jangan begitu Ren. Sebenarnya kemarin Reza akan menghadiri pesta ulang tahunmu tapi takdir berkata lain, ditengah perjalanan Reza mengalami kecelakaan hingga nyawanya tak dapat tertolong lagi.”
“ Kenapa kemarin kamu nggak bilang sama aku? Aku bahkan belum sempat melihat Reza untuk yang terakhir kalinya.”
“ Sekali lagi aku minta maaf, kemarin aku tak dapat mengatakan yang sebenarnya karena aku tak ingin merusak acara ulang tahunmu.”
“ Mungkin ini sudak takdirku untuk berpisah dengan Reza untuk selamanya tapi aku juga yakin, kelak kita pasti akan bertemu lagi dialam yang penuh dengan keabadian.”
“ Jangan bersedih Ren, ikhlaskan kepergiannya.”
“ Aku akan berusaha.”
“ Oh iya, kemarin Mama Reza menitipkan kotak ini untukmu. Katanya didalam kotak ini ada kado ulang tahunmu yang belum sempat Reza berikan untukmu dan ini ada surat dikamar Reza yang dia tulis untukmu tapi juga belum sempat dia berikan padamu.”
“ Terimakasih. Key, tolong tinggalkan aku sebentar.”
“ Baiklah.”
Setelah Keysa pergi dari tempat itu aku membaca surat dari Reza didepan makamnya. Surat itu berisi :
Dear : Rena
Bersamanya dengan tinta dan lembaran ini kutulis berpatah-patah kata yang kuuintai tuk dirimu wahai sahabatku. Maaf jika beberapa tahun ini aku tak pernah memberi kabar padamu, aku sengaja lakukan itu karena diriku hanya berusaha untuk menghapus rasa cinta yang pernah kutuangkan untukmu. Tapi itu tak mungkin, aku terlalu sayang padamu. Tunggulah kedatanganku kembali dalam beberapa purnama lagi dan saat itu tepat ketika pesta ulang tahunmu. Tuhan telah ciptakan seorang hawa tuk bahagiaku sesaat, tapi kuyakin semoga keajaibannya menyertaiku.
Aku bukanlah pujangga yang pandai rajut kata tuk luluhkan hatimu tapi setidaknya kata ini kurajut karena ketulusan hatiku memencintaimu.
Engkaulah sahabat dan permataku Rena. Apapun yang terjadi, jika engkau bahagia akupun ikut serta bahagia. Karena sejatinya cinta bukanlah ego, tapi cinta adalah bahagia ketika sang permata yang kucinta itu bahagia. Tapi jikalau kau harus jadi kenangan maka kan kuabadiakan dalam prasati cintaku.
Tunggulah kedatangaku kembali untuk dunia ini ataupun dialam keabadian
                                                                                                                        Sahabatmu
                                                                                                                            Reza
Saat kubaca surat darinya, air matakupun tak henti-hentinya tuk mengalir dan tak sengaja jatuh ketanah pemakaman Reza yang masih merah itu. Ternyata dugaanku selama ini salah, selama bertahun-tahun kita berpisah ia berusaha melawan semua rasa itu, perasaan yang membuat hubunganku dengan dirinya berubah. Kini dia benar-benar meninggalkanku, meninggalkan kehidupan didunia ini dan pergi menuju keabadian. Pepatah memang benar, cepat atau lamabat seseorang yang pernah menghampiri hidupmu pasti juga akan meninggalkan hidupmu dan semuanya akan jadi kenangan.
Untuk Reza sahabatku, maafkan aku, aku sempat membuatmu bahagia bahkan aku tak dapat melihatmu untuk yang terakhir kalinya. Dalam hati ini, aku merasa sangat kecewa, sangat-sangat kecewa dengan keputusanku sendiri. Aku masih disini, dirumahmu sekarang, kaki ini sulit tuk pergi dari rumah barumu ini. Tapi saat aku memeluk batu nisanmu, aku teringat dengan kata-katamu bahwa kau tak ingin melihatku tersedih walau kau tak ada disisiku lagi karena kau hanya ingin melihatku selalu tersenyum. Saat itu juga aku berusaha untuk bangkit dari rumahmu walau tubuh ini terasa lemas sekali tapi aku harus bangkit aku tak ingin menangis didepan rumahmu. Semakin lama aku ditempat ini, aku merasakan hembusan-hembusan angin yang perlahan-lahan semakin kencang menghampiriku. Lantas kuberusaha berjuang tuk ikhlaskan kepergianmu walau berat tapi kukan berusaha melawannya. Sepertinya angin-angin ini mersakan apa yang telah aku rasakan kdan aku mulai berdiri untuk kembali pulang. Ketika kakiku menapaki jalan keluar dari pemakaman ini, seolah ada bisikan yang menuntunku untuk menoleh kebelakang yaitu ruamah keabadian Reza. Kala mata ini melihat kebelakang, aku melihat sosok seorang pria berpakaian putih yang tersenyum kearahku dengan cahaya yang begitu terang yang menyelimuti dirinya. Akupun tersenyum kearah pria tersebut karena dia adalah sahabat sejatiku, Reza. Dengan batas alam yang berbeda diantara kita, matanya solah-olah berbicara padaku bahwa ia tak ingin melihatku bersedih dan aku harus merelakan kepergiannya. Tuhan, apakah ini memang kehendakmu, aku dapat melihatnya untuk yang terakhir kali walu kita sudah beda alam. Lalu dia member senyuman terakhir untukku dan diapun pergi berjalan menuju sinar cahaya yang ada dibelakangnya. Aku yakin sinar itu adalah jalan menuju surga yaitu kehidupan yang abadi. Dalam hati aku hanya dapat berkata, semoga tangan-tangan Tuhan akan menyatukan kita lagi.
Juli 2015…
Mungkin sudah bertahun-tahun kejadian yang pernah membuatku terpuruk itu terjadi tapi belum juga rasa penyesalan dalam diri ini terhapuskan. Jika harus jujur, batin ini masih menangis dan tersiksa tapi apa boleh buat aku tak dapat memutar waktu ataupun mengubah takdir, aku hanya dapat ikhlas dan tabah menerima semuanya. Hanya ada satu hal yang tak dapat aku lupakan hingga saat ini yaitu dia masih tersenyum padaku walau kita telah beda alam yaitu senyum terakhir darinya untuk diriku. Senyuman terakhir itu akan selalu membekas dalam hati ini dan akan selalu menemani perjalanan hidupku dengan penuh senyuman karena itu salah satu pesan darinya agar hari-hariku selalu aku hiasi dengan senyuman. Bertahun-tahun ini pula aku selalu mengingatmu dalam setiap hembusan nafas dan doa-doaku agar engkau selalu bahagia di alam sana. Dan semoga dengan bergulirnya waktu hidupku menjadi lebih baik dan aku tak akan pernah mengulang segala kesalahan yang pernah aku lakukan dimasa laluku karena akau tak ingin jatuh kelubang yang sama. Saat ini juga kuuntai puisi terakhir tentang dirinya dan diriku.
            Senyum Terakhir
Nada bergetar berlambaian daun
Terbang hingga bosan
Melayang beralur datar
Dikelopaknya aku bertapa
Dijalan yang senada
Menyatu berteman harum bunga
Sejalannya waktu musim berganti
Semi dan gugur
Gemulainya angin menari
Hingga kau pergi keperaduan
Untuk satu keabadian
Dan ku kau lepas
Terlepas dari janji dan jatuh
Sang awan menyambutku
Dan berjalan atas penyesalan
Kepastian telah musnah
Tapi….
Satu senjata masih kugenggam
Senjata darimu untukku
Senyum yang tulus
Senyum yang indah
Dan senyum terakhir
            Terimakasih atas semua pelajaran hidup yang pernah kau berikan padaku wahai sahabatku. Semua kebaikan yang pernah kau berikan padaku tak akan aku lupakan begitu saja karena apapun yang terjadi kamu akan tetap menjadi sahabat terbaikku. Walau kau tak dapat bersamaku didunia ini lagi tapi kelak tangan-tangan Tuhan akan mempertemukan kita lagi. Percayalah wahai sahabatku. Aku tau kau kini telah melihatku diatas sana, di alam keabadianmu dengan senyumanmu itu. Dan terimakasih atas senyum terakhir yang akan menjadi senjata dalam perjalanan hidupku.

~ SELESAI ~

No comments: