Thursday 13 October 2016

Uang, sang lembar kehakiman (Puisi)

Diantara langit dan bumi, diantara utara dan selatan, diantara barat dan timur, dan diantara kaya dan miskin, kupersembahkan sepucuk syair dunia untuk para pecinta jagat raya. Matahari tua dengan kembangan senyum sinis dan senandung burung yang mengubah selera manis, aku disini melihat dan mendengar, namun semua seperti kepalsuan yang tertawa diatas kenistaan. Inilah sebuah ocehan penuh luka yang mungkin sedikit tak bermakna pagi para pembacanya, namun jiwa ini hanya ingin berekspresi walau tak kenal apa itu sajak puisi.


Lembar kehakiman
Datangmu tak kenal kata
Namun engkau selalu beri makna
Datangmu tak kenal dusta
Namun engkau tinggalkan luka
Desir dan embun telah menyatu
Menantikan datangmu kapan waktu
            Aku yang selalu merindu
            Namun engkau tak mau menyatu
Kau gagalkan semua mimpiku
Kau pula hancurkan surgaku
Kata orang engkau penuh warna
Tapi mana buktinya ?
            Apa benar ini takdir ?
            Tolong katakan padaku ?
            Apa takdirku harus terhenti karenamu ?
            Hanya karena selembar kertas yang membisu
Satu waktu bagai singasana
Saat engkau ada dalam genggaman
Namun semua waktu bagai penjara
Saat engkau tak kubawa
            Aku terkalahkan
            Jiwa ini tersisih
            Apa benar ini kehidupan ?

            Mimpiku terombang karena uang

No comments: