BUKAN ANGIN KENAIFAN
* Awal dari perubahan untuk perubahan*
Satu
dalam jiwa
Jiwa
dalam raga
Tiada
raga yang mampu menolehkannya
Tiada jiwa yang mampu menghantamnya
Sosok
ini membungkam
Merana
dengan gelora
Gelora
dengan cerita
Aku
ini apa ?
Tanpa
tahta tanpa makna
Tanpa
daya tanpa sabda
Pantas
sudah kusebutnya itu
Hanyalah
cacian yang mampu menasehatiku
Aku
bukan apa
Alunan yang tak berirama membantuku
tuk merangkai sejengkal goresan kehidupan ini. ‘Tanggungjawab’ kata itulah yang
selalu membuntutiku untuk terus dan terus berpegang teguh pada janji. Akulah
sang remaja yang masih tumpul untuk berfikir, yang masih gelap untuk menatap
dunia, dan yang masih pincang tuk berjalan menggapai impian. Kehidupanku yang
sederhana dan jauh dari kemewahan mencaciku tuk mempergunakan waktu dan merubah
semuanya.
Aku adalah satu dari semuanya, SMA
adalah tempatku menemukan apa itu ‘perubahan’. Yeachh mengikuti organisasi,
begitulah caraku mencari kesibukan. OSIS, disanalah tanggungjawabku berasal.
Pramuka, disanalah mentalku dibentuk. Pulang malam, tidak ada kendaraan dan
harus menunggu keajaiban datang itu sudah biasa. Meninggalkan jam pelajaran dan
harus mengikuti kegiatan itu sudah konsekuensi.Semua sudah pilihan, tak ada yang perlu disesali.
17 Agustus 2016, merupakan hari
sakral untuk negaraku, Indonesia. Memang bukanlah pahlawan ragaku ini, tapi
setidaknya darahnyalah yang menggeluti semangat dalam jiwa ini. Setumbuk tugas
dan semuanya menjelma dalam kesibukan. Event-event OSIS telah direncanakan
jauh-jauh hari sebelum perayaan, mulai dari lomba kecil hingga besar. Disinilah
kami tercipta, disinilah kami hadir tuk menghibur siswa-siswa lain, yahhh jam
kosong, hehehe.
Kring…kring…kringggg
Jam pulang sekolah telah berbunyi,
saatnya perang dimulai. Dengan suasana yang begitu istimewa, perut keroncongan,
bau apek lagi nasib apes terguyurkan untuk hari ini. Mau gimana lagi ? Terasa
sudah semakin pikun lama-lama, mau makan nggak ada jajan, mau jajan lupa bawa
uang, mau pulang ditumbruk tugas, yeach yeach langsung saja terjun ke ruang
OSIS berharap ada makanan gratis.
Nahh, ruang OSIS semakin dekat,
semangat 45 semakin menggelora. Keheranan demi keheranan muncul dibenak, tak
biasanya mereka sedamai dan sekalem ini. Suara orakan dan ricuh seperti preman
pasar kalah perang dan banyak hutang, begituh kugambarkan tentang mereka.
Eitzzz….jangan negative thinking dulu lohh, rasa kekeluargaan sesama pengurus
OSIS selalu kita tanamkan disini. Kembali lagi keawal, ada apa dengan mereka ?
Satu persatu keramik putih telah kulintasi dan sampailah diriku diantara mereka.
Lantas terdengar suara wanita diantara aura yang mencengkam.
Bersambung....
Bersambung....
No comments:
Post a Comment