Wednesday, 7 September 2016

Bukan Angin Kenaifan, Part 1 ( Cerbung )

BUKAN ANGIN KENAIFAN
* Awal dari perubahan untuk perubahan*

Satu dalam jiwa
Jiwa dalam raga
Tiada raga yang mampu menolehkannya
Tiada  jiwa yang mampu menghantamnya
Sosok ini membungkam

Merana dengan gelora
Gelora dengan cerita
Aku ini apa ?
Tanpa tahta tanpa makna
Tanpa daya tanpa sabda
Pantas sudah kusebutnya itu
Hanyalah cacian yang mampu menasehatiku
Aku bukan apa
            Alunan yang tak berirama membantuku tuk merangkai sejengkal goresan kehidupan ini. ‘Tanggungjawab’ kata itulah yang selalu membuntutiku untuk terus dan terus berpegang teguh pada janji. Akulah sang remaja yang masih tumpul untuk berfikir, yang masih gelap untuk menatap dunia, dan yang masih pincang tuk berjalan menggapai impian. Kehidupanku yang sederhana dan jauh dari kemewahan mencaciku tuk mempergunakan waktu dan merubah semuanya.
            Aku adalah satu dari semuanya, SMA adalah tempatku menemukan apa itu ‘perubahan’. Yeachh mengikuti organisasi, begitulah caraku mencari kesibukan. OSIS, disanalah tanggungjawabku berasal. Pramuka, disanalah mentalku dibentuk. Pulang malam, tidak ada kendaraan dan harus menunggu keajaiban datang itu sudah biasa. Meninggalkan jam pelajaran dan harus mengikuti kegiatan itu sudah konsekuensi.Semua sudah pilihan, tak ada yang perlu disesali.
            17 Agustus 2016, merupakan hari sakral untuk negaraku, Indonesia. Memang bukanlah pahlawan ragaku ini, tapi setidaknya darahnyalah yang menggeluti semangat dalam jiwa ini. Setumbuk tugas dan semuanya menjelma dalam kesibukan. Event-event OSIS telah direncanakan jauh-jauh hari sebelum perayaan, mulai dari lomba kecil hingga besar. Disinilah kami tercipta, disinilah kami hadir tuk menghibur siswa-siswa lain, yahhh jam kosong, hehehe.
Kring…kring…kringggg
            Jam pulang sekolah telah berbunyi, saatnya perang dimulai. Dengan suasana yang begitu istimewa, perut keroncongan, bau apek lagi nasib apes terguyurkan untuk hari ini. Mau gimana lagi ? Terasa sudah semakin pikun lama-lama, mau makan nggak ada jajan, mau jajan lupa bawa uang, mau pulang ditumbruk tugas, yeach yeach langsung saja terjun ke ruang OSIS berharap ada makanan gratis.
            Nahh, ruang OSIS semakin dekat, semangat 45 semakin menggelora. Keheranan demi keheranan muncul dibenak, tak biasanya mereka sedamai dan sekalem ini. Suara orakan dan ricuh seperti preman pasar kalah perang dan banyak hutang, begituh kugambarkan tentang mereka. Eitzzz….jangan negative thinking dulu lohh, rasa kekeluargaan sesama pengurus OSIS selalu kita tanamkan disini. Kembali lagi keawal, ada apa dengan mereka ? Satu persatu keramik putih telah kulintasi dan sampailah diriku diantara mereka. Lantas terdengar suara wanita diantara aura yang mencengkam.

Bersambung....

No comments: