*Diatas Hilangnya Tanggung Jawab*
“
Kemana saja kalian selama ini ? Sibuk, sibuk, dan sibuk, selalu itu yang
menjadi alasan kalian untuk tidak berkumpul, selalu itu yang membebani diri
kalian.Mana janji muluk-muluk kalian sewaktu mendaftar ? “ Suara amarah seorang
perempuan yang kudengar.
“ Saya berjanji, apapun kesibukan
saya, saya akan mengikuti OSIS. “
“ Saya akan meninggalkaan pelajaran
atau ulangan sekalipun untuk mengikuti rapat ataupun kegiatan lainnya. “
“ Saya akan membagi waktu saya demi
OSIS. “
“ Saya akan berusaha tidak akan
mengecewakan organisasi dan kakak-kakak semua. “
“ Saya akan mengabdikan diri saya
selama menjadi pengurus OSIS. “
Sedikit terlintas ingatan di
perempuan tersebut, sewaktu jiwa-jiwa merengek didepannya dan merendahkkan diri
mereka sewaktu pendaftaran pengurus OSIS. Ohh ya, perempuan ini bukanlaah ketua
OSIS, ia adalah bendahara OSIS, Seyla Meriana. Cewek dengan penuh
tanggungjawab, cekatan, penuh energy dan penuh semangat. Namun, satu dari
kelemahannya yang membuatnya terlihat bijak, melakukannya segalanya sendiri
tanpa sepengetahuan ketua OSIS.
Dengan sedikit kekecewaan, karena
makan gratis harus kugugurkan dalam ingatan, aku hanya diam dan bergabung
dengan mereka. Memasang muka melas, dengan tangan gemetaran kaki kesemutan,
berharap si galak betina ini segera mereda emosinya. Aku yang hanya menjabat koordinator
presepsi apresiasi dan kreasi senipun tak dapat berbuat banyak. Hanyalah sebuah
nama Kak Nadhia Hilla Aufa, terpandang sebagai orang pendiam, dengan tatapan tajam, kurang
canda kurang tawa hanya muka datar yang selalu terpampang.
Belum sempat untuk diri menghela
nafas, Seyla pun melanjutkan ceramahnya yang tak tau kapan ujungnya.
“ Sekarang kalian mau apa ? Mau agar
kegiatan bisa berjalan seperti agenda ? hmmm ? “
Semua hanya diam, dan……. “ JAWAB !”
“ Maaf Kak, Saya kemaren latrihan
dengan kelas untuk perlombaan. Kami mau agar kegiataan bisa berjalan seperti
agenda dan saya akan mengikuti rapat seperti biasanya.” Jawab Yoga, salah satu
Junior OSIS.
“ Kakak nggak butuh janji dek, Kakak
hanya butuh bukti. Kegiatan tidak akan berjalan seperti agenda, WAKA Kesiswaan
membatalkan kegiatan ini. Kalian percuma dek, latihan berhari-hari kalau
kegiatan tidak jadi dilaksanakan. Apa yang akan kalian katakan kepada teman-teman,
kakak kelas, adek kelas ? Panitianya saja tidak siap untuk melaksanakan
kegiatan, apalagi pesertanya ? Saya juga latian untuk kelas dek, Saya juga
ketua kelas, tapi saya bisa membagi waktu saya dengan OSIS.” Jawab Seyla dengan
mata berkaca-kaca.
“ WAKA Kesiswaan tidak segan-segan
untuk membubarkan OSIS kalau kalian masih begini. Kakak merasa gagal membimbing
kalian. Apa salah satu dari kalian tidak punya inisiatif untuk meminta maaf
kepada Pak Galih ? “ Kata Hesti yang juga merasa kesal.
“ Baiklah Kak, kami akan meminta
maaf kepada Pak Galih.” Jawab Mila, OSIS kelas XI.
“ Apa yang akan kalian katakan ?
Meminta maaf begitu saja ? Apa alasan kalian ? Pak Galih tidak akan memaafkan
kalian begitu saja tanpa alasan yang pasti. “
“ Kami akan jujur dan mengakui segala kesalahan kami Kak. “
“ Kami akan jujur dan mengakui segala kesalahan kami Kak. “
“ Tunggu apalagi ? Sekarang semua
OSIS kelas XI menghadap pak Galih, akui segala kesalan kalian. Kami OSIS kelas
XII tidak akan mengantar kalian, sudah saatnya untuk kalian mandiri. “
Semua pengurus OSIS kelas XI pun
penghadap Pak Galih selaku WAKA Kesiswaan dan Pembina OSIS. Sekarang tinggal
ada aku, OSIS kelas XII, dan Yusuf selaku ketua OSIS. Yusuf hanya bisa diam dan
pasrah melihat kekacauan hari ini. Akupun bingung, kenapa ia yang menjadi ketua
hanya diam saat semua emosi pecah ? Ia tak dapat menggunakan jabatannya untuk
ikut ambil suara dalam perdebatan tadi, sama sekali tidak bisa.
Setelah beberapa waktu terlintasi
oleh jarum jam, akhirnya semua pengurus OSIS kelas XI tadi kembali dengan wajah
yang semakin kusam.
“ Ada apa dek ? Apa yang Pak Galih
katakan ? “ Tanyaku dengan sedikit kepo dan cemas.
“ Tidak apa-apa Kak, sekarang kita
semua berkumpul diruang OSIS. “
“ Untuk apa ? Bagaimana keputusan
tadi. “
“ Kita yang akan memutuskannya kak.
Pak Galih member kita waktu selama 10 menit untuk mendiskusikan semuanya,
setelah itu ia akan datang kesini. “ Jawan Yoga yang sedikir meredakan suasana.
10 menit pun berlalu, dan datanglah
Pak Galih melewati pintu OSIS.
Bersambung......
No comments:
Post a Comment