Wednesday 14 September 2016

Bukan Angin Kenaifan, Part 2 (Cerbung)

*Diatas Hilangnya Tanggung Jawab*

“ Kemana saja kalian selama ini ? Sibuk, sibuk, dan sibuk, selalu itu yang menjadi alasan kalian untuk tidak berkumpul, selalu itu yang membebani diri kalian.Mana janji muluk-muluk kalian sewaktu mendaftar ? “ Suara amarah seorang perempuan yang kudengar.
            “ Saya berjanji, apapun kesibukan saya, saya akan mengikuti OSIS. “
            “ Saya akan meninggalkaan pelajaran atau ulangan sekalipun untuk mengikuti rapat ataupun kegiatan lainnya. “
            “ Saya akan membagi waktu saya demi OSIS. “
            “ Saya akan berusaha tidak akan mengecewakan organisasi dan kakak-kakak semua. “
            “ Saya akan mengabdikan diri saya selama menjadi pengurus OSIS. “
            Sedikit terlintas ingatan di perempuan tersebut, sewaktu jiwa-jiwa merengek didepannya dan merendahkkan diri mereka sewaktu pendaftaran pengurus OSIS. Ohh ya, perempuan ini bukanlaah ketua OSIS, ia adalah bendahara OSIS, Seyla Meriana. Cewek dengan penuh tanggungjawab, cekatan, penuh energy dan penuh semangat. Namun, satu dari kelemahannya yang membuatnya terlihat bijak, melakukannya segalanya sendiri tanpa sepengetahuan ketua OSIS.
            Dengan sedikit kekecewaan, karena makan gratis harus kugugurkan dalam ingatan, aku hanya diam dan bergabung dengan mereka. Memasang muka melas, dengan tangan gemetaran kaki kesemutan, berharap si galak betina ini segera mereda emosinya. Aku yang hanya menjabat koordinator presepsi apresiasi dan kreasi senipun tak dapat berbuat banyak. Hanyalah sebuah nama Kak Nadhia Hilla Aufa, terpandang sebagai orang pendiam, dengan tatapan tajam, kurang canda kurang tawa hanya muka datar yang selalu terpampang.
            Belum sempat untuk diri menghela nafas, Seyla pun melanjutkan ceramahnya yang tak tau kapan ujungnya.
            “ Sekarang kalian mau apa ? Mau agar kegiatan bisa berjalan seperti agenda ? hmmm ? “
            Semua hanya diam, dan……. “ JAWAB !”
            “ Maaf Kak, Saya kemaren latrihan dengan kelas untuk perlombaan. Kami mau agar kegiataan bisa berjalan seperti agenda dan saya akan mengikuti rapat seperti biasanya.” Jawab Yoga, salah satu Junior OSIS.
            “ Kakak nggak butuh janji dek, Kakak hanya butuh bukti. Kegiatan tidak akan berjalan seperti agenda, WAKA Kesiswaan membatalkan kegiatan ini. Kalian percuma dek, latihan berhari-hari kalau kegiatan tidak jadi dilaksanakan. Apa yang akan kalian katakan kepada teman-teman, kakak kelas, adek kelas ? Panitianya saja tidak siap untuk melaksanakan kegiatan, apalagi pesertanya ? Saya juga latian untuk kelas dek, Saya juga ketua kelas, tapi saya bisa membagi waktu saya dengan OSIS.” Jawab Seyla dengan mata berkaca-kaca.
            “ WAKA Kesiswaan tidak segan-segan untuk membubarkan OSIS kalau kalian masih begini. Kakak merasa gagal membimbing kalian. Apa salah satu dari kalian tidak punya inisiatif untuk meminta maaf kepada Pak Galih ? “ Kata Hesti yang juga merasa kesal.
            “ Baiklah Kak, kami akan meminta maaf kepada Pak Galih.” Jawab Mila, OSIS kelas XI.
            “ Apa yang akan kalian katakan ? Meminta maaf begitu saja ? Apa alasan kalian ? Pak Galih tidak akan memaafkan kalian begitu saja tanpa alasan yang pasti. “
            “ Kami akan jujur dan mengakui segala kesalahan kami Kak. “
            “ Tunggu apalagi ? Sekarang semua OSIS kelas XI menghadap pak Galih, akui segala kesalan kalian. Kami OSIS kelas XII tidak akan mengantar kalian, sudah saatnya untuk kalian mandiri. “
            Semua pengurus OSIS kelas XI pun penghadap Pak Galih selaku WAKA Kesiswaan dan Pembina OSIS. Sekarang tinggal ada aku, OSIS kelas XII, dan Yusuf selaku ketua OSIS. Yusuf hanya bisa diam dan pasrah melihat kekacauan hari ini. Akupun bingung, kenapa ia yang menjadi ketua hanya diam saat semua emosi pecah ? Ia tak dapat menggunakan jabatannya untuk ikut ambil suara dalam perdebatan tadi, sama sekali tidak bisa.
            Setelah beberapa waktu terlintasi oleh jarum jam, akhirnya semua pengurus OSIS kelas XI tadi kembali dengan wajah yang semakin kusam.
            “ Ada apa dek ? Apa yang Pak Galih katakan ? “ Tanyaku dengan sedikit kepo dan cemas.
            “ Tidak apa-apa Kak, sekarang kita semua berkumpul diruang OSIS. “
            “ Untuk apa ? Bagaimana keputusan tadi. “
            “ Kita yang akan memutuskannya kak. Pak Galih member kita waktu selama 10 menit untuk mendiskusikan semuanya, setelah itu ia akan datang kesini. “ Jawan Yoga yang sedikir meredakan suasana.

            10 menit pun berlalu, dan datanglah Pak Galih melewati pintu OSIS.

Bersambung......

No comments: